TANJUNG REDEB – Di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP di Kampung Tasuk, Rahmahwati Nurazizah, mengabdikan diri dalam misi menyelamatkan masa depan orangutan.
Menjadi perawat satwa di tengah tantangan besar, Rara karib disapa, dengan penuh dedikasi merawat bayi-bayi orangutan. Sebelum akhirnya bayi orangutan tersebut kembali dilepas ke alam liar.
Sebagai Srikandi di balik upaya penyelamatan ini, Rara memiliki perjalanan panjang dalam menyelamatkan satwa endemik yang kini berada di ambang kepunahan.
Sebagai seorang perawat satwa di Pusat Rehabilitasi Orangutan yang berada di bawah naungan Center for Orangutan Protection (COP), Rara memegang peran penting dalam memastikan kelangsungan hidup bayi-bayi orangutan.
Selama lebih dari 15 bulan, Rara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari proses penyelamatan ini, merawat dan memberi harapan baru kepada 18 orangutan, delapan di antaranya adalah bayi yang baru saja diselamatkan dari ancaman bahaya.
Sebagian besar bayi orangutan tiba di pusat rehabilitasi setelah disita atau dilaporkan akibat interaksi negatif manusia.
Dalam peranannya, Rara bertugas menggantikan posisi induk orangutan, yang seharusnya menemani anak-anak mereka hingga usia tujuh tahun untuk belajar bertahan hidup di alam bebas.
“Saat usia mereka masih kecil, bayi orangutan ini seharusnya bersama induknya. Di sini, kami berusaha menggantikan peran induk tersebut, memberi mereka ‘sekolah hutan’ dan memberikan pengayaan agar mereka dapat mengembangkan kemampuan bertahan hidup,” jelas wanita yang memiliki hobi menulis tersebut.
Perjalanan Rara menjadi perawat orangutan bermula dari ketertarikannya terhadap dunia konservasi.
Ia mengaku sudah lama mengikuti akun Instagram Center for Orangutan Protection (COP) dan aktif memantau aktivitas mereka dalam upaya penyelamatan satwa liar.
Ketika mengetahui adanya lowongan pekerjaan untuk posisi perawat satwa khusus wilayah Kalimantan Timur, Rara pun segera mendaftar.
“Ketika melihat pengumuman lowongan, saya merasa ini adalah kesempatan emas. Latar belakang pendidikan saya di bidang peternakan juga relevan dengan pekerjaan ini. Akhirnya, saya memberanikan diri mendaftar, dan bersyukur diterima,” kenang Rara.
Awalnya, Rara bertugas merawat orangutan secara umum. Namun, setelah sebulan bergabung, ia dipercayakan untuk fokus merawat bayi orangutan.
Peralihan tugas ini membawa tantangan tersendiri karena bayi orangutan membutuhkan perhatian lebih intensif, baik dari segi nutrisi, kesehatan, maupun pengayaan perilaku.
“Perawatan bayi orangutan memang berbeda. Mereka masih sangat bergantung pada ‘ibu pengganti’, sehingga kami harus memberikan perhatian penuh dalam setiap proses perawatan dan rehabilitasi,” jelasnya.
Pusat rehabilitasi di Kampung Tasuk menjadi rumah sementara bagi orangutan yang terluka atau kehilangan habitatnya. Dengan luas kandang mencapai 27m³. Kandang itu dirancang dengan struktur enklosur panggung besi ini dilengkapi dengan furnitur penunjang yang mendukung kegiatan harian orangutan, memungkinkan mereka untuk merasakan kehidupan yang lebih mendekati kehidupan liar.
Bayi orangutan dikenal memiliki karakter unik yang berbeda satu sama lain, dan bagi Rara, itu adalah tantangan yang menyenangkan. Setiap individu, dengan perilaku dan kebutuhan yang berbeda, memerlukan pendekatan yang berbeda pula.
“Ada yang lebih pemalu, ada yang lebih agresif. Jadi, tugas kami adalah mengenali karakter mereka dan memberikan pendekatan yang tepat agar mereka merasa aman dan nyaman,” ujar Rara melalui Voice Note Whatsapp.
Kegiatan harian di pusat rehabilitasi meliputi pemberian makanan bergizi, pemeriksaan kesehatan, serta program pengayaan untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup mereka di alam liar.
Bayi-bayi orangutan ini juga mengikuti “sekolah hutan” yang mengajarkan mereka keterampilan penting seperti memanjat pohon, mencari makanan alami, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka.
Namun, meskipun tantangan besar menghadang, Rara menyadari bahwa keberhasilan mereka tidak hanya datang dari proses perawatan yang rutin, tetapi juga dari kreativitas dalam menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan alami bayi orangutan.
“Mereka sangat eksploratif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Kami harus kreatif dan aktif untuk mengikuti daya eksplorasi mereka yang luar biasa,” tutur Rara yang merupakan Sarjana Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Setiap pencapaian kecil, seperti bayi yang awalnya takut memanjat dan kemudian mulai menjelajah pohon dengan percaya diri, menjadi momen yang sangat berharga bagi Rara dan tim.
“Ada rasa bangga melihat mereka bertahan dalam situasi sulit dan berkembang dengan baik. Ketika saya melihat mereka mulai bisa mandiri, itu adalah kebahagiaan tersendiri,” ucapnya dengan bangga.
Namun, Rara juga menekankan bahwa meskipun dia memiliki ikatan emosional dengan bayi-bayi orangutan yang dirawat, perawatan yang mereka berikan tetap bersifat profesional.
Fokus utama adalah memastikan bahwa orangutan yang dirawat bisa kembali ke alam liar dan hidup mandiri tanpa ketergantungan pada manusia.
Selain merawat orangutan, Pusat Rehabilitasi Orangutan COP juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi orangutan dan habitatnya.
Sebagian besar staf di pusat rehabilitasi berasal dari Kampung Merasa, Berau, dan mereka aktif terlibat dalam program edukasi untuk masyarakat lokal. Program ini termasuk kunjungan sekolah dan pameran untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya konservasi orangutan.
“Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami pentingnya konservasi orangutan. Karena itu, kami terus berupaya membuat program-program edukasi yang menarik dan mudah diterima, terutama untuk anak-anak,” ujar Rara.
Di tengah upaya luar biasa yang dilakukan oleh Rara dan timnya, ancaman terhadap orangutan masih sangat nyata. Hilangnya habitat akibat deforestasi dan perubahan iklim menjadi tantangan utama bagi kelangsungan hidup orangutan di alam liar.
“Melindungi orangutan adalah tanggung jawab bersama. Kami tidak bisa melakukannya sendiri. Semua orang harus terlibat dalam upaya konservasi ini, baik itu melalui dukungan langsung maupun dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga habitat mereka,” pesannya.
Rara berharap, suatu hari nanti, bayi-bayi orangutan yang dirawatnya akan kembali ke alam liar dan hidup mandiri.
“Kami bekerja setiap hari untuk tujuan itu, mengembalikan mereka ke alam liar,” tutup Rara. (*)