TANJUNG REDEB – Belasan perempuan muda berkain duduk rapi di dalam Sebelas Cafe, Jalan Pangeran Diponegoro. 

Sore itu, suasana terasa hangat, tidak hanya karena teh manis yang disajikan, tapi juga karena tangan-tangan mereka sibuk menyusun manik-manik menjadi aksesori cantik. 

Di tengah perayaan Hari Kartini, mereka memilih untuk merayakan dengan cara yang tak biasa. Meronce dan berkain.

Kegiatan ini digagas oleh dua inisiatif lokal, Mada Mara dan Saturday Market. Dalam acara bertajuk Girl’s Day Out: Orchid Bag Charm Workshop, mereka mengajak para perempuan untuk kembali menyentuh tradisi melalui aktivitas meronce, sembari mengenakan kain-kain tradisional terbaik.

Ruang kafe bernuansa industrial berubah menjadi bengkel kreativitas. Di atas meja kayu, tertata rapi aneka bahan, manik-manik, bunga, tali satin, dan gunting. 

Para peserta bebas memilih warna dan bentuk manik favorit mereka. Setiap tali yang digunting, setiap butir yang dirangkai, seolah menjadi bahasa sendiri tentang kesabaran, tentang ketelatenan, tentang ekspresi personal.

“Meronce bukan sekadar aktivitas. Ini adalah dialog antara tangan dan hati. Setiap simpul adalah refleksi cinta kita pada tradisi,” kata Firda, instruktur meronce yang juga bagian dari Saturday Market.

Kegiatan meronce ini menghasilkan bag charm atau gantungan tas yang sedang naik daun di kalangan perempuan muda. Lebih dari sekadar hiasan, gantungan ini menjadi simbol elegansi dan kepribadian.

Di luar ruangan, suasana tak kalah semarak. Sebuah bazar mini digelar, menampilkan produk lokal seperti aksesori titanium, gelang, cincin, hingga koleksi bunga kering dan segar. Semuanya diproduksi oleh pelaku usaha kreatif lokal.

Renata Andini, pendiri Mada Mara, menyebut kegiatan ini telah menjadi agenda rutin komunitasnya. Sejak didirikan pada 2021, Mada Mara terus mengembangkan bisnis aksesori berbasis manik-manik dan titanium yang banyak digemari. 

Untuk kelas kali ini, ia membatasi jumlah peserta maksimal 14 orang agar suasana tetap kondusif.

“Kami pengennya kegiatan seperti ini lebih sering diadakan, karena antusiasme peserta tinggi dan ini bisa jadi kegiatan positif bagi anak-anak muda Berau,” ujar Renata, yang juga dikenal memiliki hobi fotografi. (*)