TANJUNG REDEB– Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, terpilih menjadi tuan rumah pusat kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2024 regional Kalimantan dengan tema “Silangan Arus.”
Acara ini tidak hanya menjadi momen merayakan kekayaan budaya lokal, tetapi juga menjadi ruang untuk memetakan, mencatat, dan mendokumentasikan potensi yang ada di masyarakat dan komunitas melalui pendekatan akar rumput.
Primadana Afandi, anggota Tepian Kolektif yang menjadi pelaksana kegiatan ini menjelaskan, bahwa ini merupakan bagian dari fase rawat atau tahap awal untuk memupuk gagasan dan potensi seniman lokal agar dapat berkembang lebih jauh.
Tema sungai dipilih karena memiliki kedekatan dengan kehidupan masyarakat Kalimantan tak terkecuali masyarakat Berau.
Karenanya, salah satu gagasan yang diangkat dalam event “Silangan Arus” ialah fenomena punggur (kayu hanyut di sungai). Yang menjadi inspirasi bagi seniman kayu, Redi Andison dalam menciptakan karya.
“Di fase rawat ini, kami mendorong seniman untuk melihat potensi di sekitar mereka. Melalui fenomena seperti ini, karya seni tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga dapat memberi pengetahuan baru bagi masyarakat,” ujar Prima pada Berauterkini.co.id
Kegiatan ini juga menjadi ruang untuk menciptakan koneksi lintas daerah di Indonesia. Melalui tema sungai, “Silangan Arus” mengangkat hubungan manusia dengan lingkungan dan budaya lokal sebagai topik utama.
Dengan mendorong seniman untuk lebih peka terhadap kondisi sekitar, diharapkan ide-ide baru yang muncul dapat memperkaya diskusi seni dan budaya secara lebih luas.
Tidak hanya berfokus pada seniman, “Silangan Arus” juga menargetkan penikmat seni. Karya-karya berbasis riset artistik yang dipamerkan menawarkan wawasan baru, menjadikan seni sebagai sarana pembelajaran dan refleksi sosial.
“Dengan demikian, seni di PKN 2024 ini bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk memberikan pengetahuan yang relevan bagi masyarakat,”tambah Prima.
Para kurator dari Jakarta yang hadir juga menyebut, PKN 2024 ini tidak lagi berpusat di Jakarta seperti sebelumnya. Sebaliknya, kegiatan ini tersebar ke berbagai wilayah Indonesia, dengan 16 komunitas terpilih sebagai representasi lokal.
Di Kalimantan, ada tiga komunitas utama yang ditunjuk yaitu Tepian Kolektif di Berau, Balaan Tumaan di Pontianak, dan Muarasuara di Samarinda.
Ketiga komunitas ini berkolaborasi untuk mengeksplorasi gagasan yang relevan dengan kehidupan masyarakat setempat.
Dimana, kata dia, fokusnya lebih ke pada eksplorasi lebih mendalam terhadap apa yang terjadi di tingkat komunitas maupaun masyarakat.
“Kami ingin menggali lebih banyak dari masyarakat melalui pendekatan akar rumput, dengan harapan hasilnya dapat disinergikan antar wilayah,” ujar salah satu kurator dari Jakarta, Alit Ambara.
Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari, terhitung mulai 28 November hingga 30 November 2024 di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) menghadirkan beberapa seniman.
Selain seniman, sejumlah pihak lain juga turut telibat, diantaranya, Yayasan Sejarah dan Kebudayaan Kaltara (YSBK) Kabupaten Tanah Tidung, Nurrachma Dinda Chairani dari Tanjung Selor, Arif Maulana dari Tarakan, Rox, Redi Andison, Maya Rumpe, Daiky, Wendy Pratama, Eka Wahyuni dari Berau, NG Ismawan dari Samarinda, dan Peri Rakhmadi dari Pontianak.(*)