BERAU TERKINI – Pendidikan adalah investasi masa depan. Itulah kiranya yang dirasakan Dr. Fauzi Ernaldiwan S.IP, M.AP, seorang putra asli Kabupaten Berau yang konsisten menjaga mimpi sebagai pemuda berpendidikan.
Pria yang akrab disapa Ozi ini lahir di Gunung Tabur pada 25 Maret 1995. Di usianya yang baru 30 tahun, dia mampu duduk bersama jajaran penyandang gelar doktor baru pada tahun ini dari Jurusan S3 Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Anak pertama dari empat bersaudara ini sadar dirinya merupakan harapan besar untuk mengangkat harkat dan martabat keluarga. Harapan itu Ozi jawab lewat perjalanan 11 tahun lebih menempuh pendidikan tinggi.
Saat bertemu awak Berauterkini di salah satu kedai kopi ternama di Berau, Ozi bercerita panjang tentang lika-liku hidupnya sampai bisa mendapatkan gelar doktor dari salah satu kampus bergengsi di Pulau Sulawesi itu.
Mimpi Ozi bermula saat mulai menempuh pendidikan tinggi di Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, pada 2013 silam. 12 tahun yang lalu, ia menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan.
Masuk Unmul menuntunnya menjadi mahasiswa yang kritis. Namun, dia tetap berpegang teguh pada prinsip yang ditanamkan kedua orang tuanya, Mustafa Efendi dan Erni Syahlina, yang merupakan pedagang gorengan lumpia saat Pasar Ramadhan.
Ozi menyelesaikan pendidikan S1 di Unmul hanya dalam waktu 3,5 tahun. Meski cukup singkat, namun dia meraih gelar sarjana dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,42.
Tak lama meraih gelar sarjana, pada 2017, Ozi meminang Maria Aulia, gadis asal Samarinda yang dikenalnya sejak 2015.
Dari pernikahannya dengan Maria Aulia, Ozi dikaruniai dua anak, yakni Faziah Humairah Ernaldiwan kini berusia 7 tahun dan Faradiba Zahira Ernaldi yang berusia 3 tahun.
“Saya waktu awal kuliah sempat jualan pentol. Ya ditemani sama Maria, istri saya ini. Kami berjuang bareng dari masih kuliah,” kata Ozi.
Masih pada tahun yang sama, Ozi membawa sang istri ke Bumi Batiwakkal. Pulang dan tinggal sementara di rumah orang tuanya yang berada di Jalan Murjani II.
Ozi kemudian mencoba mendaftar menjadi abdi negara sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kalimantan Utara yang saat itu merupakan provinsi baru hasil pemekaran Kaltim.
Rezekinya pun datang bersamaan. Bisa menikah, diterima menjadi PNS, dan menerima beasiswa S2 berkat program Unmul yang bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Ozi bercerita, program beasiswa S2 itu didapatkan berkat dorongan dosen bernama Prof Aji Ratna yang saat itu menjabat Dekan Program Studi Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisipol Unmul.
Alumni SMP 9 Berau ini menyelesaikan pendidikan selama 3 tahun 10 bulan. Ozi mengaku, prosesnya menyelesaikan S2 cukup lama karena terbentur dengan tugasnya sebagai PNS di Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kaltara.
“Dulu sempat panik, karena saya PNS dan menerima beasiswa. Tapi jalannya diberkahi karena saya duluan mendapatkan kejelasan menerima S2 sebelum saya resmi menjadi PNS,” ucap pria yang gemar berdagang tersebut.
Di penghujung pengabdian di Disnakertrans Kaltara, Ozi mendapatkan kesempatan mutasi ke Sekretariat DPRD Kaltara.
Dalam waktu yang bersamaan, dia mendapatkan informasi kerja sama pendidikan S3 antara Pemprov Kaltara dengan Unhas Makassar.
Kesempatan itu pun tak disia-siakan Ozi untuk melanjutkan pendidikannya. Dia pun kuliah S3 selama 3 tahun dan 1 bulan di Makassar, yang dirasa cukup lama. Alasannya pun masih sama. Aktivitasnya sangat tinggi untuk menjalankan tanggung jawab di mengurusi rumah tangga dewan di bagian persidangan.
Dia mengungkapkan, ada 11 orang saat itu yang menempuh pendidikan S3, termasuk Gubernur Kaltara saat ini, Zainal Paliwang. Dia menyebut sebuah kehormatan bisa bersekolah S3 dengan orang nomor 1 di Kaltara.
Meski begitu, perjalanannya menempuh pendidikan tak semudah yang dilihat orang, bahkan tantangannya semakin berat. Apalagi, pendidikan S3 tersebut tak lagi ditanggung beasiswa seperti waktu S2.
Biaya kuliah S3 menjadi momok tersendiri baginya. Namun, ia tak bisa berhenti di tengah jalan setelah mendapatkan restu dari istri dan orang tuanya. Selain biaya kuliah yang mahal, dia harus menanggung kebutuhan keluarga sebagai kepala rumah tangga.
Namun, dirinya semakin teguh. Dukungan dari keluarga tak disia-siakannya. Ia mantap untuk menyelesaikan studi doktoral yang dilalui selama 3 tahun 1 bulan.
Ozi pun sempat terbesit untuk tak menyelesaikan studi. Sebab, dia harus mengorbankan tabungan yang disimpan untuk kebutuhan dua putrinya dan sang istri.
“Dukungan semua positif, saya selesaikan semua ini. Jangan sampai ada yang kecewa. Meskipun dengan banyak tantangan. Termasuk omongan orang lain yang saya anggap sebagai motivasi menyelesaikan tanggung jawab ini,” ucapnya meneguhkan hati.

Dari Berau Mengabdi di Kaltara
Sejak duduk di bangku SMA, Ozi aktif membawa nama Berau dalam beragam kegiatannya. Saat duduk di kelas 1 SMA Negeri 1 Berau, Ozi terpilih menjadi pengibar bendera pada Upacara HUT ke66 Republik Indonesia di Samarinda pada 2011.
Tak berhenti di situ, gairah remajanya memang aktif di dunia organisasi. Dia kemudian terpilih menjadi Juara II Duta Wisata di Bumi Batiwakkal. Di tahun yang sama, dia terpilih menjadi Duta Lalu Lintas mewakili Kaltim.
Ozi juga mewakili Berau untuk maju sebagai Duta Putra Pariwisata Kaltim. Lalu, pada 2012, dia melaju sebagai Duta Wisata ke tingkat nasional di Jakarta. Pada 2013, Ozi terpilih sebagai Duta Genre. Selain itu, dia juga meraih berbagai prestasi non-akademik di dunia modeling.
Melanglang buana membawa nama Bumi Batiwakkal, Ozi mengakui sejatinya merupakan putra daerah yang berjanji untuk membawa nama baik tempat kelahirannya.
Sebagai putra yang ibunya berasal dari Kampung Bena Baru dan ayahnya dari Gunung Tabur, sudah semestinya dia harus hormat terhadap daerah kelahiran. Tempat dia dibentuk dari masih jabang bayi hingga dewasa.
“Berau ini tanah ibu, saya lahir dan besar di sini. Ini daerah yang memberikan banyak pengalaman untuk hidup saya,” ujar Ozi.
Namun, nasib berkata lain. Ozi harus mengabdikan diri untuk Kaltara. Tempat dirinya saat ini mencari penghidupan untuk keluarga.
Diterima sebagai PNS, Ozi harus siap menjalankan tugas sebagai abdi negara dimanapun ditempatkan. Saat ini, dia hanya meyakinkan diri untuk bekerja semaksimal mungkin untuk pengabdian dalam pembangunan daerah. Namun, bila dibutuhkan untuk membangun daerah di luar Kaltara, dirinya pun akan selalu siap.
“Saya harus bertemu dengan ibu setiap bulan. Minimal dua kali sebulan harus pulang ke Berau, bawa anak istri jalan-jalan ke Berau,” ucapnya haru.
Ozi juga mengaku tak ingin memaksakan takdir. Namun, bila berkesempatan untuk mengabdi di Bumi Batiwakkal, Ozi akan mewakafkan diri sebagai ASN. Pun demikian bila harus tetap mengabdi untuk Kaltara.
“Dimanapun tempatnya saya akan selalu siap,” ujar dia. (*)

