Foto: Suasana Kemeriahan perayaan HUT ke 206 Tumbit Dayak, Sambaliung.
TANJUNG REDEB – Kemeriahan perayaan HUT ke 206 Tumbit Dayak, Sambaliung, terasa sejak awal memasuki gerbang utama menuju perkampungan. Wakil Bupati Berau Gamalis, Ketua DPRD Berau Madri Pani beserta unsur forkopimda disambut puluhan Hudoq.
Saat menyambut kehadiran rombongan pejabat, Kepala Adat Tumbit Dayak Muchsin, memakaikan kain cancut kepada Wabup Gamalis sebagai ritual penyambutan pertama dan melakukan Jak Gai atau ritual injak parang.
Kemudian, rombongan bersama iring-iringan Hudoq bertolak menuju tiang sejarah. Lalu menaiki rumah panggung yang disebut rumah Kepala Tua. Konon di rumah itu berisi kepala manusia yang kalah perang, saat bertempur dengan pasukan adat Dayak Gaai.
Lalu rombongan pun melintasi pameran UKM, menuju rumah adat atau masyarakat setempat menyebut Sunta.
Sesampainya di Sunta, rombongan lanjut menuju dermaga untuk menyaksikan prosesi datangnya rombongan membawa perahu yang dikisahkan usai mengikuti perang dengan membawa kepala manusia atau yanh dikenal sebagai Betiung.
Setelah itu, rombongan menyaksikan prosesi Bekudung atau dikenal dengan upacara pesta panen. Setelahnya, rombongan menyaksikan langsung proses panen madu oleh warga Dayak Gaai. Prosesi itu dikenal dengan sebutan Panjat Piruai.
Prosesi itu, ditutup dengan rangkaian kegiatan di Sunta. Mulai sajian tarian daerah asli Dayak Gaai, Bejiak. Hingga pemotongan ketupat Dayak Gaai, Ptoh’. Sekaligus ramah tamah yang diselingi dengan menari bersama.
Rangkaian kegiatan itu, tentu menggugah mata yang melihat. Tak terkecuali Gamalis. Sebagai orang nomor dua di Bumi Batiwakkal, dia memberikan apresiasi atas kegigihan penyelenggara yang serius merangkai kegiatan yang penuh kesan tersebut.
Sebab, sejak dimulai kembali pada tahun lalu. Pesta adat tersebut kini semakin dikenal dan diharapkan dapat mengundang lebih banyak pasang mata untuk belajar kebudayaan suku Dayak asli Berau tersebut.
“Luar biasa penyelenggara ini. Mengajari kita sisi budaya yang unik milik salah satu suku asli Dayak di Berau,” kata Gamalis.
Ia berharap agar kegiatan kebudayaan yang digagas oleh Dayak Gaai dapat ‘menjangkiti’ suku asli lainnya di Berau. Sebab, kegiatan seperti ini dapat mendorong pelestarian budaya, selain mengundang wisatawan untuk belajar di Tumbit Melayu.
“Setiap perayaan hari jadi, seperti di Tumbit Dayak yang ke 260 ini bisa mendorong etnis lain memiliki semangat yang sama,” sebutnya.
Tak mau asal dukung. Pemkab Berau pun dinyatakan Gamalis, bakal menyalurkan bantuan kepada masyarakat adat dalam setiap event kebudayaan yang bakal digelar.
Meski saat ini jumlahnya belum seberapa, disebutnya pemerintah bakal hadir dalam membantu meringankan beban biaya panitia penyelenggara.
“Tentu ada anggaran yang kami siapkan. Meskipun jumlahnya tidak banyak,” ujar dia.
Selain pemerintah, dukungan pihak ketiga menjadi bagian penting dalam suksesi kegiatan masyarakat di kampung. Ke depan, ia berharap perusahaan tak hanya memberikan bantuan kepada masyarakat di lingkar tambang saja. Akan tetapi, dapat memberikan bantuan serupa kepada masyarakat adat lainnya di luar bufferzone tambang.
“Jadi kita itu punya banyak kebudayaan yang juga butuh perhatian perusahaan. Nanti akan saya sampaikan langsung di forum CSR,” ujar Gamalis.
Senada, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau Ilyas Natsir, mengaku telah memberikan bantuan senilai Rp 25 juta kepada penyelenggara pesta adat di Tumbit Dayak tersebut. Angka itu merupakan kemampuan kas yang dimiliki Pemkab Berau melalui Disbudpar.
“Salah satu bentuk kepedulian kami, memberikan bantuan kepada penyelenggara. Meskipun tak banyak, kami harap itu bisa bermanfaat,” ujarnya.
Ke depan, tak menutup kemungkinan angka tersebut bakal bertambah dengan melihat kebutuhan dan kemampuan anggaran yang dimiliki Pemkab Berau dalam tubuh anggaran APBD.
“Tentu bantuan itu menyesuaikan kebutuhan dilapangan. Kami pasti support,” ujarnya.(*)
Reporter: Sulaiman