TANJUNG REDEB,– Beberapa waktu lalu, aktivitas pertambangan yang diduga ilegal di wilayah Kecamatan Kelay, jadi ancaman serius bagi sekolah hutan yang dikelola oleh Center For Orangutan Protection (COP).
Sekolah hutan sendiri dikelola untuk menjadi tempat rehabilitasi individu orangutan. Terutama dalam mengembalikan sifat liar dan alaminya sebelum dilepasliarkan.
Kepala BKSDA Kaltim, Ari menjelaskan aktivitas pertambangan yang ada tersebut hampir mengeruk kawasan sekolah Hutan. Yang mana lingkungan dari sekolah hutan tersebut harusnya bebas dari eksploitasi apapun.
“Memang ada aktivitas tambang yang mendekati sekolah hutan ini. Dan kami meminta mereka untuk mundur, supaya tidak beraktivitas di sekitar sekolah hutan,” ungkapnya.
Untuk menjaga alam dan ekosistemnya, dirinya mengajak semua elemen masyarakat untuk mengenal dan mengetahui bahwa di Labanan atau di sekitar Kecamatan Kelay terdapat Sekolah Hutan bagi orangutan.
Menurutnya, penting untuk peduli terhadap alam agar tidak terjadi eksploitasi berlebihan. Selain dapat mengancam kelangsungan ekosistem di sekitarnya, juga mengancam masyarakat akibat dampak pengrusakan alam.
“Eksploitasi seperti ini harus jadi atensi kita bersama. Semoga tidak kembali dilakukan,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur KKHSG, Nunu Anugrah mengatakan, semua kegiatan sepanjang ada regulasinya, baik pertambangan maupun perkebunan, diharapkan bersifat legal.
Yang tidak diinginkan adalah masuknya kegiatan yang tidak ilegal, dan mampu mengancam kegiatan sekolah Hutan.
“Kita tidak ingin ada proses yang ilegal masuk. Memang kawasan cukup terkepung, itu terlihat dari lanskapnya. Tetapi ada bumper zone sekitar 500-300 meter,” ungkapnya.
Ia menambahkan, bahwa seluruh kompenen bangsa harus mendukung terhadap adanya sekolah hutan, demi pelestarian ekosistem yang ada di Kabupaten Berau.
“Dan ini harus kita jaga bersama-sama. Jika eksploitasi terus berlanjut, tidak hanya satwa yang terancam, tapi juga manusia yang ada di sekitarnya,” pungkasnya. (/)
