TANJUNG REDEB-Bukan saja terkenal sebagai kampung wisata. Kampung Merasa menjelma menjadi salah satu penghasil kakao terbesar di Berau. Bahkan, hasil kakao kampung yang dikenal sebagai lokasi konservasi orangutan itu sudah menembus pasar internasional.
Kepala Dinas perkebunan Berau, Sumaryono, menyebut hasil kakao Kampung Merasa sudah sampai di Eropa. Tepatnya di Jerman. Pelepasan ekspor kakao ke Jerman pun langsung dilakukan Bupati Berau, Sri Juniarsih Maksir.
“Merasa ini untuk luasan kakaonya 25 persen dari luasan kakao di Berau dengan total lahan mencapai 400 hektare. Dari segi kesuburan, tanah dan semangat petaninya cukup menjanjikan,” jelasnya, Selasa, 15 Juni 2021.
Tahap pertama pengiriman kakao fermentasi pertama ke Jerman mencapai 200 kilogram. Jumlah tersebut memang jauh lebih sedikit dari permintaan awal mencapai 500 kilogram. Hal itu karena petani Kakao Merasa mengalami gagal panen akibat banjir yang terjadi saat hari raya Idulfitri kemarin.
Selain Jerman, Kakao Kampung Merasa juga diminati negara timur tengah seperti Qatar. Hanya saja, untuk Qatar petani Merasa harus mengirim biji kakao yang telah terfermentasi ke pabrik pengolahan kakao di Sulawesi. Bertujuan menyesuaikan mutunya sesuai standar pasar negara tersebut.
“Dari informasi yang kami terima, rencananya yang akan dikirim ke Qatar dengan jumlah besar yakni 40.000 kilogram dalam setahun,” bebernya.
Tak sampai disitu, produksi Kakao Merasa disebut siap memenuhi kebutuhan pasar nasional di kota-kota besar seperti Jakarta, Bali, dan Jogjakarta. Keberhasilan petani Kakao di Merasa menembus pasar nasional dan internasional tak lepas dari peran serta pemerintah dan sejumlah LSM yang melakukan pendampingan secara berkala.
Hanya saja, masih terkendalanya listrik serta alat pengolahan dan tempat pengolahan representatif, menyebabkan produksi kakao belum mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal Berau. “Kalau sumber daya manusianya cukup, bahan baku aman, tapi alat listrik dan tempat belum memadai. Makanya petani masih menjadi penyuplai bahan baku,” katanya. “Toh, kalau membuat produk coklat sendiri hanya untuk pameran,” sambung Sumaryono.
Sementara itu, Bupati Berau, Sri Juniarsih, menyatakan kebanggaan hasil perkebunan Kampung Wisata Merasa mampu menembus pasar internasional. Dia mendorong capaian saat ini harus dikembangkan semaksimal mungkin.
OPD terkait juga harus terus memberikan dukungan. Ke depan jika ini terus sukses, tentu akan meningkatkan ekonomi masyarakat. “Bisa kita bayangkan ini desa wisata, kalau diiringi hasil olahan warga yang berbahan dasar dari desa itu sendiri, tentu sangat luar biasa,” ujarnya.
Terkait persoalan listrik yang terbatas dan peralatan pengolahan belum maksimal, Bupati perempuan pertama Berau itu menyatakan kesiapan mendukung apa yang menjadi kekurangan petani kakao di Kampung Merasa.
“Untuk Listrik di Kelay 2021 ini insya Allah terpenuhi, termasuk Merasa. Kemudian alat-alat, ketika mereka mau kita siap suport, bukan cuma alat tapi juga pembinaan SDM juga,” tutupnya. (*)
Editor : Bobby Lalowang