TANJUNG REDEB – “Mati lampu? Berarti kita sedang di bulan puasa,” adalah anekdot yang kerap dilontarkan di setiap komentar netizen Bumi Batiwakkal saat mendekati Ramadan pada beberapa tahun belakangan.
Bukan tanpa sebab, keresahan ini dialami oleh seluruh warga Berau. Mereka harus sahur, buka puasa, hingga salat tarawih dalam kegelapan dan hanya ditemani pelita atau lilin setiap hari.
Kondisi ini setidaknya harus dialami warga Berau hampir tiga tahun belakangan ini.
Sekarang, pada Kamis (20/2/2025), persis 10 hari jelang sahur perdana pada 1 Maret 2025 nanti, bila merujuk pada jadwal imsakiyah yang telah ramai berseliweran tertanda Kemenag Berau.
Pada akhir tahun lalu, Berau dikabarkan sedang surplus daya. Berdasarkan data pada Oktober 2024 lalu, produksi daya sebesar 41 MW.
Daya tersebut berasal dari lima pembangkit yang beroperasi di Berau, terbagi atas 10 MW PLTU Berau, 10 MW PLTU Lati, 9 MW PLTD Sambaliung, 7 MW PLTD Sewatama, dan terendah 5 MW dari PLTD Berau.
Sementara beban puncak di Berau hanya berkisar antara 29–36 MW. Berau masih surplus sekitar 5 MW.
Rizki Rhamdan Yusup, selaku Manager PLN UP3 Berau, dalam keterangan tertulisnya kepada awak berauterkini, mengatakan pada akhir 2024 dan awal 2025 ini, pihaknya telah aktif melakukan perawatan terhadap seluruh pembangkit di Berau.
Siklus yang kerap harus ditemui oleh para pelanggan kala mengalami pemadaman bergilir.
“PLN UP3 Berau telah melakukan pemeliharaan preventif dan perawatan infrastruktur jaringan yang bertujuan untuk mengurangi risiko gangguan saat beban listrik meningkat selama bulan puasa,” tulis Rizki, Kamis (20/2/2025).
Ia menjamin keandalan listrik di Berau selama Ramadan. Selain memastikan suplai maksimal di setiap pembangkit, pihaknya juga menyiapkan tim khusus.
Rizki menyebut tim tersebut adalah Tim Siaga Kelistrikan RAFI (Ramadan dan Idul Fitri). Tim ini bertugas 24 jam untuk menangani permasalahan teknis yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
“Konsepnya mirip dengan tim taktis saat Pilkada, di mana tim akan ditempatkan di berbagai titik strategis untuk mempercepat respon pemulihan kelistrikan,” terangnya.
Saat ini, menurut Rizki, kondisi kelistrikan di Berau masih dalam status siaga, ditimbulkan oleh meningkatnya pertumbuhan konsumsi listrik akibat peningkatan jumlah pelanggan dan pertumbuhan ekonomi.
Namun, PLN terus memantau keseimbangan ketersediaan dan permintaan, serta melakukan strategi pengelolaan daya agar tetap optimal dan efisien.
Jika ada indikasi bahwa kapasitas mendekati batas suplai, PLN akan segera melakukan langkah-langkah strategis, termasuk penguatan jaringan dan penambahan infrastruktur jika diperlukan.
Seperti yang ia contohkan, saat ini PLN bisa melakukan pengaturan beban dengan PLN UP3 Kaltara jika PLN UP3 Berau memerlukan tambahan daya.
“PLN UP3 Kaltara bisa mengirim sebagian pasokan listriknya ke PLN UP3 Berau, begitu pun sebaliknya,” tulisnya.
Secara jangka panjang, dalam memastikan pertumbuhan ekonomi di daerah, pihaknya tetap mengandalkan kerja taktis seperti penambahan daya lewat skema sewa pembangkit dari Sewatama.
Pada Desember 2024 lalu, pihaknya telah melakukan instalasi untuk tambahan daya sebesar 6 MW yang saat ini beroperasi di PLTD Sambaliung.
Selain itu, pada pertengahan 2025 ini, rencananya akan masuk suplai daya dari sistem interkoneksi Mahakam. Digadang-gadang bakal mengentaskan persoalan krisis listrik di Kaltim.
Dari sistem tersebut, disediakan daya sampai 150 kilovolt (kV), menghidupkan seluruh jaringan listrik di Kaltim.
“Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, PLN selalu berupaya memberikan yang terbaik dengan menyiapkan infrastruktur dan pelayanan semaksimal mungkin,” tutupnya. (*)