TANJUNG REDEB, – Dua lembaga pendidikan yang eksis di Bumi Batiwakkal, yaitu Universitas Muhammadiyah (UM Berau) dan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER Berau), berencana melakukan fusi atau penggabungan pada 2025. Dengan kata lain, kampus pertanian satu-satunya di Berau itu akan sepenuhnya dibawah naungan UM Berau.
Rektor UM Berau, Muhammad Bayu, membenarkan kabar tersebut. Dalam wawancara di ruang kerjanya pada Senin (13/1/2024), Bayu mengungkapkan bahwa rencana penggabungan ini diawali oleh usulan dari pihak STIPER Berau pada awal 2024.
Berawal dari ususlan itu, kemudian pada Juni 2024, kedua belah pihak sepakat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk mewujudkan agenda penting pendidikan ini.
“Pertemuan pertama kali dilakukan pada Juni lalu di STIPER Berau, dan saat itu kami serius membahas rencana fusi atau penggabungan ini,” kata Bayu.
Proses ini didorong oleh semakin ketatnya standar administrasi yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek RI).
STIPER Berau dihadapkan pada tantangan besar untuk memenuhi sejumlah ketentuan, seperti jumlah dosen tetap yang harus mencapai lima orang dengan latar belakang pendidikan linear, serta persyaratan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk jumlah mahasiswa.
Kondisi tersebut mendorong kedua lembaga pendidikan ini untuk membahas kemungkinan menjadi satu payung, mengingat UM Berau adalah satu-satunya perguruan tinggi di Berau dengan akreditasi yang baik.
“Tujuan utama dari penggabungan ini adalah untuk menyelamatkan pendidikan bagi mahasiswa yang masih aktif berkuliah,” terang Bayu.

Sejak pertengahan tahun lalu, proses administrasi untuk penggabungan ini telah dimulai dan dikelola oleh masing-masing pihak dengan melibatkan Kemdikbudristek RI.
Sementara itu, UM Berau juga tengah mengurus proses akreditasi program studi (prodi) yang sedang berjalan.
Bayu juga menjelaskan, bahwa tim telah dibagi secara profesional untuk menangani masalah administrasi penggabuangan ini.
Proses ini akan dilanjutkan pada 15 Februari mendatang dengan agenda tinjauan langsung dari tim kementerian untuk mengevaluasi kondisi sarana dan prasarana, termasuk dosen yang tersedia.
“Semoga prosesnya bisa berjalan lancar,” harapnya.
Penggabungan ini dianggap sebagai tantangan besar ke depan, karena pihaknya harus memastikan kesiapan tenaga pengajar dan administrasi di STIPER Berau.
Rencananya, STIPER akan menjadi fakultas baru yang berada di bawah naungan UM Berau.
“Tentu, STIPER akan menjadi fakultas baru di UM Berau,” jelas Bayu.
Meski prosesnya masih berjalan, peluang untuk penggabungan dua lembaga pendidikan ini pada tahun ini masih terbuka, tergantung pada terbitnya Surat Keputusan (SK) dari kementerian yang memungkinkan penambahan fakultas di UM Berau.
“Kami masih menunggu SK dari kementerian setelah mereka melakukan tinjauan,” kata Bayu. (*)