TANJUNG REDEB – Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni tak diingat sebagai perayaan semata oleh Bupati Berau Sri Juniarsih. Namun, ia mengaitkannya dengan semangat membenahi bumi dari krisis ekologi dewasa ini.

Bencana banjir yang melanda sejumlah kecamatan hingga pertengahan tahun ini membuat Sri Juniarsih selaku kepala daerah semakin risau. Pasalnya, kini hutan di Bumi Batiwakkal semakin rapuh akibat aktivitas pertambangan dan perkebunan yang masih merajalela.

Bupati Sri ditemui usai memimpin apel Peringatan Hari Lahir Pancasila di halaman kompleks kantor Bupati Berau, Senin (2/6/2025), menyatakan sudah waktunya seluruh elemen publik memaknai persatuan dalam sila ketiga pancasila, Persatuan Indonesia.

Poin dalam pancasila yang dapat dimaknai sebagai wujud semangat persatuan dalam membangun Bumi Batiwakkal. Saling gotong-royong menyelamatkan hutan yang sedang dalam masa krisis.

“Bukan hanya sesama manusia, bersatu dan peduli terhadap alam, itu bagian dari semangat pancasila,” kata dia.

Sri menyebut, sudah bukan waktunya lagi untuk saling menyalahkan, sebab alam tak akan menunggu waktu untuk mengetahui siapa yang salah.

“Bencana datang secara tiba-tiba. Menjadi alarm darurat untuk semua pihak saling menjaga dan melindungi satu sama lain dari potensi bencana,” ujarnya.

Langkah terbaik, menurut Sri, adalah menjaga kesatuan langgam dalam memastikan gerak pembenahan hutan alam dilakukan secara bersama-sama.

“Mari bergotong-royong, saling membantu,” kata dia.

Hutan Bumi Batiwakkal kini banyak dibabat untuk eksploitasi sumber daya alam, baik tambang batu bara hingga perkebunan.

Menurut bupati perempuan pertama di Berau ini, kini tak banyak yang dapat dilakukan pemerintah daerah selain merancang gerakan penghijauan hutan, melaporkan kondisi terkini bencana di Berau akibat pembabatan hutan ke pemerintah pusat, dan memberikan program sosial kepada warga terdampak bencana.

“Karena semua izinnya itu dari Kementerian ESDM, daerah tidak memiliki kewenangan, termasuk pengawasan,” sebutnya.

Dirinya meminta kepada seluruh stakeholder agar dapat merumuskan program penghijauan hutan kembali di Berau. Gerak bersama yang dianggap menjadi kebutuhan mendesak saat ini.

“Bersatu dalam mengatasi masalah ini adalah kunci di masa yang akan datang,” pesan dia.

Sri tak ingin terjadi gesekan terjadi di tengah masyarakat yang diakibatkan oleh tudingan secara sporadis di jagat maya terhadap pemerintah yang mengatakan tidak bekerja serius dalam penanganan hutan di Berau.

“Kami bekerja sesuai dengan kewenangan yang kami miliki,” tegasnya. (*)