TANJUNG REDEB – Maratua Jazz Dive and Fiesta (MJDF) yang masuk dalam Kalender Event Nasional akan kembali digelar pada 24-29 Juni 2025.
Jika pada tahun lalu event ini digelar Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, tahun ini penyelenggaraannya akan kembali dipegang oleh Founder MJDF, Juhriansyah alias Rian.
Saat berdiskusi dengan awak berauterkini.co.id, Rian berkisah bahwa gagasan awal digelarnya MJDF berangkat dari keinginan untuk meningkatkan gairah wisata ke Pulau Maratua dengan mendatangkan turis nusantara hingga mancanegara.
Acara yang kini didukung Kementerian Pariwisata ini ingin dijadikan ajang untuk “menjual” destinasi wisata Maratua. Harapannya bisa mendapatkan dukungan dari investor besar yang memiliki selera pada musik jazz.
“Ini niat dari awalnya. Maratua ini dijual seperti peminat HP iPhone, mahal dan eksklusif,” kata Rian, Minggu (1/6/2025).
Dia mengatakan, MJDF pertama kali digelar pasca Covid-19 pada 2021. Dukungan pun hadir dari pemerintah daerah. Masing-masing pihak bersepakat untuk memasukkan anggaran melalui pemerintah daerah.
Namun, setelah acara tersebut, evaluasi pun digelar, namun tidak duduk bersama dan cenderung menggelar evaluasi masing-masing. Akibatnya, evaluasi menjurus pada diskusi ‘Maratua Jazz’ yang tidak ramai.
Padahal, sejatinya, jika merujuk kawasan wisata yang eksklusif, ramainya pengunjung bukan menjadi target. Namun, para pemilik modal dan pengunjung lainnya mau menghabiskan uang di Maratua dengan berbelanja dari waktu yang tersedia selama kurang dari sepekan.
“Jadi poin dari eksklusifnya luntur. Saat evaluasi itu, semuanya pengen acara musik ramai-ramai,” beber Rian.
Sejak saat itu, konsep pun berubah. Pada 2022 dan 2023, MJDF tetap menarget kunjungan massa dalam jumlah besar. Tapi tetap menggunakan alunan musik jazz sebagai hiburan di pesta pantai.
Dia mengaku secara kunjungan terbilang manjur karena ratusan orang berkunjung ke Maratua. Namun, mayoritas adalah warga lokal dan wisatawan nusantara. Tak ada wisatawan dari mancanegara.
Itulah poin yang menurut Rian lebih objektif dijadikan evaluasi ketimbang harus mengubah konsep Maratua Jazz secara keseluruhan.
Pada 2024, kata Rian, Maratua Jazz tampil aneh karena mengundang pemusik metal dan dangdut. Sehingga, menjadikannya lebih mirip seperti hiburan rakyat.
Dia menyebut, secara antusias memang baik, namun target utama Maratua Jazz kembali meleset, yakni mendatangkan lebih banyak orang dari luar negeri. Padahal, anggaran pemerintah selalu diberikan, mulai dari Rp150-600 juta setiap tahunnya.
“Tahun lalu bukan kami yang handle, full pemerintah menggandeng EO lokal juga,” ungkapnya.
Pada tahun ini, lanjut Rian, secara konsep MJDF kembali ke formula awal, yakni mengemas MDJF menjadi 5C: Conservation, Community, Culture, Culinary, dan Concert.
Dia menargetkan anggaran paling minimal Rp150 juta, di mana dalam lima kegiatan, para tamu yang datang ke MJDF 2025 akan diberikan hiburan dengan konsep wisata yang berkelanjutan.
Rian pun memastikan akan ada kolaborasi aliran musik yang ditampilkan dengan pengaturan porsi yang proporsional tanpa menghilangkan ruh musik jazz.
Menurut dia, dalam setiap event jazz tingkat nasional langkah itu telah diterapkan. Denny Caknan hingga Almarhum Didi Kempot pun tetap bisa manggung di tengah megahnya panggung musik jazz.
“Tinggal kami atur bagaimana mengemasnya saja, yang jelas jazz-nya tidak hilang,” tegasnya.
MJDF tahun ini pun telah mendapatkan kerja sama kolaborasi dengan Kemenpar untuk memastikan setiap agenda promosi diberikan di semua platform digital kementerian.
Dia mengungkapkan, kepastian itu didapatkan melalui rapat daring yang digelar pada pertengahan Mei 2025. “Kami dibantu promosi,” imbuhnya.
Rian menegaskan, setiap masyarakat di Berau merupakan tuan rumah. Sehingga, diharapkan masyarakat iktu memberikan sensasi pelayanan prima bagi setiap pengunjung yang datang ke Maratua.
Masyarakat harus menyiapkan potensi budaya dan kerajinan tangan yang bisa dijadikan oleh-oleh para pengunjung Maratua Jazz saat nanti pulang.
“Siapkan oleh-olehnya. Ini acara kita semua warga Berau. Kami hanya menyelenggarakan,” sebut dia.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir, memberikan apresiasi atas konsistensi para aktor di Maratua Jazz yang tetap menjaga nilai eksklusif dari event tahunan tersebut.
Ilyas menyatakan bersedia untuk dilibatkan terkait pendanaan, termasuk dalam melakukan promosi.
Menurut Ilyas, pengurangan beban pendanaan secara penuh telah selaras dengan target pemerintah daerah. Dia memastikan setiap event dapat dikelola oleh swasta tanpa membebankan anggaran pada APBD Berau.
“Jadi tidak pakai anggaran daerah,” sebutnya. (*)