Reporter : ⁠Dini Diva Aprilia
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB – Harga kakao Berau mencapai titik tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, mengikuti tren kenaikan harga kakao nasional.

Kepala Dinas Perkebunan Berau, Lita Handini, mengungkapkan bahwa harga kakao kering di Berau saat ini telah menyentuh angka di atas Rp 100 ribu per kilogram. Bahkan, untuk kakao fermentasi grade AA, harga mencapai Rp 120 ribu per kilogram.

“Kalau dulu, harga tertinggi untuk fermentasi grade AA hanya sekitar Rp 70 ribu. Sementara itu, kakao basah berkisar Rp 10 hingga 12 ribu per kilogram. Sekarang harga fermentasi bisa tembus Rp 120 ribu dan yang basah naik menjadi Rp 30 ribu,” ujar Lita.

Selain kakao, Lita menyebut komoditas perkebunan lain seperti lada juga mengalami lonjakan serupa.

“Harga lada yang dulu hanya sekitar Rp 70 ribu per kilogram, sekarang sudah mencapai Rp 150 ribu,” tambahnya.

Lita menjelaskan bahwa kenaikan harga ini dipicu oleh kelangkaan pasokan di pasar global, terutama karena negara-negara penghasil kakao terbesar di Afrika tengah dilanda serangan hama.

“Kelangkaan ini membuat harga kakao naik signifikan. Dengan harga yang meningkat, animo petani untuk merawat tanaman kakao kini sangat tinggi. Petani yang sebelumnya kurang semangat kini mulai aktif kembali,” tuturnya.

Menurut Lita, meskipun perawatan tanaman kakao memerlukan ketelatenan, hasil yang diperoleh cukup menjanjikan.

“Kakao memang sulit mengurusnya, tapi hasilnya lumayan. Bahkan, tidak perlu lahan jauh, cukup di samping rumah pun bisa dibudidayakan,” ujarnya.

Dinas Perkebunan Berau berharap lonjakan harga ini dapat mendorong peningkatan produksi kakao di tahun mendatang. Pihaknya mendorong petani agar menjaga kualitas dan kuantitas produksi.

“Dengan harga yang diperkirakan akan bertahan hingga tahun depan, ini menjadi peluang besar bagi petani untuk meningkatkan pendapatan,” pungkas Lita.