TANJUNG REDEB – Penataan bisnis penginapan hingga resort di Pulau Maratua harus memiliki perencanaan pengolaan limbah yang mutakhir. 

Tak hanya itu, pengelola bisnis tersebut juga mesti mempertimbangkan tubir pantai yang biasanya diisi oleh terumbu karang. Tumbuhan laut yang menambah estetika Pulau Maratua. 

Tim Percepatan Pengembangan Maratua, Michael Surya, menyatakan dirinya tak menyoal bertumbuhnya industri penginapan di Pulau Maratua, akan tetapi tetap harus memiliki visi penjagaan ekosistem laut agar tetap lestari. 

“Saya tidak masalah dengan itu, tapi terumbu karang tetap harus dijaga yang tumbuh alami di Maratua,” kata Michael, ekslusif kepada awak berauterkini.co.id saat ditemui beberapa waktu lalu. 

Rerata, bibir pantai saat air pasang maupun surut berada 150 meter dari daratan. Selama tak menanam benda keras yang dapat merusak biota laut, hal itu tentu tak akan ditentang. 

“Selama bisnis itu tak melanggar aturan lingkungan, kenapa enggak kita dukung,” ujarnya. 

Tak hanya itu, dia juga memperingatkan agar konsep pengolahan limbah kotoran manusia atau feses dapat dilakukan dengan baik. 

Ia mengetahui, bila langkah itu telah diterapkan beberapa restort ternama di Pulau Maratua, seperti Arasatu dan Pratasaba Resort. 

Setiap industri penginapan tersebut telah menggunakan biotank untuk mengolah tinja, tak kemudian langsung membuat saluran tinja yang dibuang ke laut lepas. 

“Beda dengan Derawan, yang dulu tinja terjun bebas ke laut tanpa diolah dulu,” beber dia. 

Harapannya, ke depan para pelaku usaha tak mengenyampingkan kelestarian laut Maratua. 

Ia menganggap, pelaku usaha tersebut sebagai mitra tim percepatan dalam memastikan Pulau Maratua sebagai destinasi wisata yang laik dikunjungi. 

“Saling kerjasama, dengan tetap menjaga keasrian pulau,” tuturnya. (*)