Foto: Kepala Disbudpar Berau Ilyas Natsir
TANJUNG REDEB – Kesadaran pemuda di Bumi Batiwakkal akan pengembangan potensi pariwisata di daerah, menjadi poin penting yang dibutuhkan kala membahas kemajuan dunia pariwisata di Berau.
Sebab, sejauh ini banyak didapati sumber daya manusia alias SDM yang masih mengabaikan kampung lantaran masih susah diakses oleh wisatawan.
Padahal, menurut Kepala Disbudpar Berau Ilyas Natsir, infrastruktur jalan dapat beriringan dengan kemajuan industri wisata di setiap daerah tujuan wisata alias DTW.
“Dengan terus berkembangnya Berau, tentu berpengaruh terhadap aksesnya (infrastruktur),” jelasnya.
Setiap anak muda yang sukses menempuh pendidikan tinggi, diharapkan dapat menjadi motor penggagas kemajuan kampung.
Ia mencontohkan, peran pemuda dapat dituangkan dalam forum bentukan pemerintah kampung seperti kelompok sadar wisata alias Pokdarwis. Apalagi kini era digital telah tumbuh pesat.
Melalui pokdarwis, jembatan menuju pengembangan destinasi wisata dapat diwujudkan atas kerjasama seluruh perangkat kampung. Yang diyakini dapat mengelola seluruh potensi yang dimiliki di setiap kampung di Berau.
“Ujung tombak dari Disbudpar itu diharapkan mampu ikut menggeliatkan potensi wisata yang ada,” ucap dia.
Ilyas mengatakan, sumber daya alam (SDA) di Berau tidak perlu diragukan. Mulai kawasan hulu hingga hilir, semua memiliki potensi wisata. Seperti di Kelay ada Kampung Merabu dengan Danau Nyadeng dan Gunung Karst-nya. Kampung Merasa dengan banyak potensi hingga Bidukbiduk, banyak destinasi yang dilewati.
“Ya di sana (Bidukbiduk) ada Air Terjun Tiga Bidadari, Pulau Kaniungan Kecil dan Besar, serta kami menyebutnya Restoran Penyu,” tambahnya.
Sebelum menuju Bidukbiduk, wisatawan bisa singgah di Air Panas Bapinang, Talisayan dengan hiu tutulnya, susur sungai untuk melihat hutan mangrove. Hal itu, lanjut Ilyas, perlu peran masyarakat untuk membantu mengampanyekan agar banyak diketahui masyarakat luar.
“Kan untuk menarik jumlah wisatawan juga,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Berau Madri Pani mengatakan, persoalan SDM sebenarnya bisa dianggarkan untuk pelatihan.
Namun, ada beberapa syarat. Yakni para peserta setelah pelatihan tidak dilepas begitu saja agar ilmu yang didapat tidak hilang. Kemudian jika dianggarkan, jangan sampai jadi sisa lebih penggunaan anggaran (SiLPA).
“Jika dianggarkan besar tapi jadi SiLPA, saya rasa percuma,” jelasnya.
Madri menilai, masuknya IKN sudah saatnya bagi Bumi Batiwakkal bersolek agar bisa menjadi penyangga dari segi pariwisata.
“Apa harus menunggu benar-benar jadi IKN baru sibuk berbenah,” tutupnya. (*/ADV)
Reporter: Sulaiman