TANJUNG REDEB – Dinas Perkebunan Kabupaten Berau terus mengupayakan pengembangan komoditas seperti kakao dan kelapa dengan menyusun strategi untuk mengatasi kendala di lapangan.
Strategi tersebut difokuskan pada optimalisasi bantuan pemerintah untuk mendorong pengelolaan perkebunan yang lebih maju.
“Kami memberikan dorongan agar pengembangan ini berjalan bertahap. Jangan sampai stagnan atau justru mengecewakan petani,” kata Kepala Disbun Berau, Lita Handini, kepada Berau Terkini, Kamis (5/6/2025).
Lita mengungkapkan, pengembangan komoditas pertanian sangat bergantung pada keinginan petani.
Meski demikian, bantuan pemerintah hanya bersifat stimulan dan dibatasi oleh regulasi, sehingga tidak bisa diberikan secara berkelanjutan.
Pengelolaan perkebunan rakyat di Berau saat ini masih banyak yang bersifat konvensional dan belum berorientasi bisnis. Hal ini menjadi tantangan utama dalam upaya peningkatan produksi.
“Sumber daya yang dimiliki petani sebenarnya lebih besar dibanding bantuan pemerintah. Namun, optimalisasi sumber daya ini perlu diarahkan,” lanjutnya.
Disbun Berau kini sedang menyusun peta jalan (roadmap) untuk pengembangan kakao dan kelapa di 12 kecamatan di Berau, kecuali Tanjung Redeb.
Roadmap ini bertujuan mengidentifikasi potensi lahan dan sumber daya manusia (SDM) untuk pengelolaan dua komoditas tersebut. Proyek ini dibiayai dari APBD Berau sebesar Rp400 juta.
Data 2024 menunjukkan potensi besar untuk kakao dan kelapa di Berau. Luas lahan kelapa mencapai 2.310,17 hektare dengan produksi 2.571 kg. Sementara, kakao memiliki luas lahan 1.037 hektare dengan produksi 463,7 kg.
Lita menegaskan, kepastian pasar adalah kunci utama untuk mendorong petani meningkatkan produksi.
“Kalau pasarnya terjamin, petani pasti mau,” katanya.
Saat ini, pihaknya tengah melakukan survei lapangan untuk mengumpulkan data. Proses penyusunan roadmap dimulai sejak Maret 2025 dan ditargetkan rampung pada Agustus mendatang.
Setelah roadmap selesai, Lita berharap lebih banyak program pengembangan dapat diterapkan untuk mengoptimalkan potensi kakao dan kelapa di Berau.
“Kami ingin menjadikan pengelolaan kakao dan kelapa sebagai contoh sukses pengembangan pertanian berbasis komoditas unggulan,” tutup Lita. (*)