TANJUNG REDEB – Bupati Berau Sri Juniarsih, naik ke panggung diskusi nasional dan membanggakan produk perkebunan kakao yang menjadi mutiara baru di Bumi Batiwakkal. Tanpa ragu ia membanggakan itu, di depan para peserta forum diskusi ‘Jaga Bumi dengan Kakao Fermentasi’ di Magnolia Ballroom Hotel Gran Mahakam, Jakarta, pada Rabu (12/3/2025) lalu.
Forum diskusi itu digagas oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Organisasi lingkungan yang diketahui menjadikan Kampung Merasa, Kelay, sebagai objek konservasi pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan penanaman kakao mandiri milik masyarakat setempat.
Kakao dianggap dapat menjadi langkah baik dalam menjaga hutan tetap lestari. Langkah penting di tengah isu deforestasi yang mengancam iklim dunia.
“Kami komitmen menjaga hutan Berau tetap lestari,” kata Umi Sri, dalam sambutannya.
Komitmen itu tak hanya omongan saja. Terbukti 79 kampung dan 2 kelurahan di Berau mendapatkan suntikan dana carbon senilai Rp349 juta pada tahun ini. Kampung yang diapresiasi dalam menjaga kelestarian hutan di Bumi Batiwakkal.
“Ini selaras dengan semangat membangun semangat petani kakao di Berau,” ujarnya.
Ihwal produk kakao di Berau, ditegaskannya sudah tak dapat diragukan lagi. Kakao Berau Nasional Indonesia menuju Cacao of Excellence di Paris, Perancis, pada tahun 2021 lalu.
Selain itu, kakao juga menjadi komoditas yang telah memenuhi permintaan pasar ekspor dunia. Dimana Berau pernah mengirimkan ratusan ton kakao ke Amerika. Meskipun saat ini Berau kelimpungan dalam memenuhi kebutuhan ekspor tersebut, dikarenakan keterbatasan jumlah produksi kakao petani.
“Tapi ini bukan masalah, kita tetap optimis mengembangkan perkebunan kakao di Berau,” tuturnya.
Dukungan lain, pemerintah juga telah mendata kedai kopi atau coffee shop di Berau yang telah mengolah kakao Berau menjadi minuman yang dapat dinikmati secara luas. Langkah yang ia anggap sangat positif atas pertanyaan pangsa pasar kakao di level lokal Berau.
“Banyak sudah kedai kopi jualan coklat dari kakao Berau, itu menjanjikan dalam hitungan bisnis,” terangnya.
Ditambah lagi, dengan pemberian bantuan bibit dan alat perkebunan bagi petani kakao di Berau. Dengan menggandeng pihak ketiga, hingga saat ini Pemkab Berau konsisten dalam mendistribusikan bantuan kepada para petani. Dengan harapan petani dapat konsisten dalam menjaga semangat dalam berkebun kakao.
Tak hanya peralatan dan bibit saja, Pemkab Berau juga konsisten melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) petani Berau. Dengan memberikan pembekalan pengetahuan dalam mengelola lahan yang ditanami kakao.
“Bantuan setiap tahun diberikan, melalui Dinas Perkebunan,” ucap perempuan berkacamata ini.
Sementara itu, Lita Handini, Kepala Disbun Berau, mengungkapkan bila saat ini pemerintah telah menetapkan kawasan sekitar 500 hektare untuk pengembangan perkebunan kakao di Berau. Kawasan yang dapat dikelola oleh petani dalam menumbuhkan perekonomian petani.
“Ini bentuk dukungan bupati, yang sejak awal sudah jadi penyemangat kami. Beliau ini jurkam kami di perkebunan,” tutur Lita.
Dia berharap, ke depan jumlah petani kakao di Berau terus bertambah. Dengan tak terdegradasi jumlahnya dengan petani sawit yang saat ini mendominasi pelaku petani perkebunan di Berau.
“Jumlahnya masih kalah jauh, semoga ke depan semakin meningkat,” harapnya. (*)