TANJUNG REDEB – Saban pagi, tepat saat matahari mulai menebarkan cahaya keemasan di langit timur, Neni, seorang ibu rumah tangga berusia 64 tahun, keluar dari rumahnya yang sederhana di Jalan Mangga III Ujung.
Dengan jilbab panjang berwarna abu-abu yang menjuntai hingga lutut, ia memulai ritual paginya di kebun mini yang ia sulap dari sisa petak parkir. Lahan kecil itu kini bertransformasi menjadi oasis hijau, tempat kehidupan baru bermula setiap hari.
Diiringi kicauan burung dan udara segar pagi hari, Neni dengan telaten menyiram setiap tanaman yang tumbuh subur di teras rumahnya.
Ia memanfaatkan sisa bahan bangunan dari pembuatan rumahnya pada tahun 2020, dan mengubah potongan-potongan itu menjadi lantai untuk berbagai tanaman.
Setiap pot bunga yang ia beli dengan harga terjangkau di toko-toko sekitar menjadi tempat bertumbuhnya lombok, cabai merah, jeruk sambal, dan terong, yang kini menghijaukan pekarangan rumahnya.
Sentuhan tangan Neni yang penuh kasih sayang menghidupkan setiap daun dan batang, membuatnya tumbuh subur dan kuat. Dari tanaman-tanaman itu, Neni memenuhi sebagian kebutuhan dapur keluarganya.
“Cukup aja kok, selama ada niat pasti bisa,” kata perempuan yang lahir di Sidrap, 1 Juli 1960 itu.
Lombok, cabai merah, jeruk sambal, hingga terong, semuanya tumbuh subur di pekarangan rumah miliknya. Tanaman pangan ini tumbuh bersama dengan aneka bunga yang menambah keindahan rumahnya.
Malam hari sebelum beristirahat, Neni kembali menyiram tanaman-tanaman itu, memastikan setiap daun dan batang mendapatkan asupan air yang cukup.
“Rajin-rajin aja disiram. Ini buktinya, bisa aja tumbuh subur,” kata Neni.
Hasil kegigihan Neni dalam merawat tanaman tersebut menarik perhatian tetangga dan teman sebayanya. Setiap pagi, ia sering dikunjungi temannya untuk dimintai potongan batang tanaman yang akan ditanam di tempat tetangganya.
“Saling berbagi aja. Tidak masalah kalau dipotek. Yang penting betul ditanam di rumah,” pesan Neni.
Rutinitas Neni ini selaras dengan program pemerintah yang menggalakkan kegemaran menanam sayuran di pekarangan rumah. Agar bila cabai mahal, orang tua tak perlu pusing dan bisa langsung memetik cabai di depan rumah, lengkap dengan sayuran yang juga bisa tumbuh subur di lahan yang tak begitu luas.
Meskipun demikian, Neni tidak pernah berpikir melakukan kegiatan menanam sayuran untuk menjawab program pemerintah. Ia melakukannya murni karena gemar bercocok tanam, kegemaran yang muncul sejak ia menjadi IRT setelah dipersunting oleh Alimuddin yang menemani hidupnya hingga saat ini.
Niat menanam ini menurut Neni harus lurus, bukan karena dorongan pemerintah, tetapi sadar akan kebutuhan dan kemandirian dalam rumah tangga.
Menurut Neni, usia senjanya saat ini sudah semestinya banyak dihabiskan dengan tanaman agar tidak kesepian. Tanaman tersebut mendorongnya untuk terus bergerak, sambil berolahraga mengangkat air dan berkeliling menyiram tanaman.
Ia merasa kegiatan ini cukup untuk menjaga kesehatannya di usia lanjut, diselingi dengan beribadah kepada Allah SWT. “Sambil olahraga, ibadah juga dapat,” kata Neni.
Pada peringatan Hari Ibu Sedunia 21 Desember ini, ibu dengan lima orang anak ini berpesan agar semua anak-anak dengan ibu yang masih hidup maupun yang telah tiada tidak melepas bakti terhadap orang tua.
“Sayangi ibu sampai kapan pun itu, kirimkan doa bila sudah tiada. Allah tidak akan pernah tidur untuk mengabulkan doa hambanya yang beriman,” pesan Neni khusus pada Hari Ibu.
Inaini merupakan ibu dari penulis. Mendapatkan amanah dari Berauterkini.co.id untuk mengungkapkan rasa sayang dan cintanya kepada ibu lewat tulisan ini.
Penulis hanya meminta kepada seluruh pembaca agar dapat membantu mendoakan ibu saya agar selalu sehat dan diberikan keberkahan hidup oleh Allah SWT.
Jangan lupa pula mendoakan orang tua yang juga saat ini masih sangat sayang kepada pembaca. Selamat Hari Ibu. (*)