TANJUNG REDEB – Isu tentang bursa kerja atau job fair yang hanya dijadikan formalitas oleh mayoritas perusahaan di Indonesia sedang jadi perbincangan hangat masyarakat.

Beberapa waktu lalu sempat viral ratusan ribu pencari kerja memadati arena job fair yang digelar di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Dalam unggahan yang ramai berseliweran di jagat maya,  seorang Human Resource and Development (HRD) di perusahaan swasta secara gamblang mengatakan job fair hanya formalitas perusahaan.

Berkas lamaran para pencari kerja hanya ditumpuk di meja HRD. Menurutnya, saat job fair digelar pemerintah daerah, perusahaan belum berencana melakukan penambahan tenaga baru.

Pernyataan ini dianggap relevan dengan nasib para pengangguran terbuka yang telah bersusah payah dan menggantungkan harapan saat ikut job fair, namun urung mendapat kabar gembira dengan diterima kerja.

Merespons kondisi itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Berau, Zulkifli Azhari, mengatakan, hal itu tak sebanding dengan serapan tenaga kerja yang digelar pemerintah di triwulan ketiga setiap tahunnya.

“Itu mungkin di nasional saja,” kata Zulkifli beberapa waktu lalu.

Dia mengungkapkan, para pengangguran di Kabupaten Berau tentu sangat membutuhkan bursa kerja. Kegiatan tersebut dibuat untuk mempertemukan langsung perusahaan dan para pencari kerja.

Menurutnya, job fair saat ini telah menyiapkan bilik konsultasi dan sertifikasi pembekalan dasar bagi para pekerja non-skill. 

Sehingga, mereka diharapkan mendapatkan peluang yang sama dengan para pekerja yang sarat pengalaman.

Dia mengungkapkan, pada gelaran job fair 2024, sebanyak 1.267 pencari kerja bertaruh skill untuk bisa menempati 500 posisi yang dibutuhkan perusahaan. 

Saat itu, sekitar 15 perusahaan membuka lowongan kerja, mulai dari perusahaan pertambangan, perkebunan, hingga pariwisata.

Bahkan, kesempatan juga diberikan bagi para pelamar kerja agar memiliki kesempatan bekerja di luar negeri.

Secara akumulasi, kata Zulkifli, 70 persen pengangguran di Bumi Batiwakkal berhasil bekerja. Sehingga, mampu menekan angka pengangguran terbuka pada tahun tersebut menjadi 5,15 persen.

Dia meyakini, setiap tahunnya job fair digelar dengan menyesuaikan siklus penerimaan karyawan baru di perusahaan.

“Yang kami libatkan (perusahaan) tentu yang sedang butuh tenaga kerja,” tegasnya.

Kendati demikian, dia mengakui saat ini terdapat banyak kekurangan dalam pengembangan SDM di Berau. Sebab, banyak pencari kerja tak masuk kualifikasi perusahaan lantaran tak memiliki sertifikat skill yang dibutuhkan.

“Maka itu kami serius mengawal pembangunan balai latihan kerja (BLK),” ujarnya. (*)