BERAU TERKINIFilm horor terbaru bertajuk Pabrik Gula menjadi perbincangan hangat sejak diumumkan, tak hanya karena skala produksinya yang besar, tetapi juga karena latar kisahnya yang diangkat dari thread viral karya SimpleMan di media sosial X (dulu Twitter). Digarap oleh Manoj Punjabi lewat rumah produksi MD Pictures, film ini menyuguhkan horor lokal dengan sentuhan sinematik kelas dunia.

Cerita Lama, Teror Baru

Latar cerita diambil dari sebuah pabrik gula tua peninggalan kolonial di Jawa Timur, tahun 2003. Sekelompok buruh musiman datang untuk bekerja selama musim panen, namun suasana berubah mencekam setelah salah satu dari mereka, Endah (diperankan Ersya Aurelia), menyaksikan sosok misterius yang membawanya ke gudang terlarang. Sejak itu, serangkaian kejadian gaib mulai mengancam nyawa para buruh.

Makhluk halus dari “kerajaan demit”—entitas dunia lain yang diyakini berdampingan dengan kawasan pabrik—menjadi pemicu rentetan kecelakaan dan kematian. Atmosfer pabrik yang gelap dan penuh sejarah menjadi panggung sempurna bagi horor yang dibalut mistisisme Jawa.

Thread Viral yang Dirombak Total

Berbeda dari thread asli SimpleMan yang lebih bersifat naratif personal, Pabrik Gula dikembangkan menjadi kisah kolektif dengan konflik sosial dan budaya. Unsur kritik terhadap eksploitasi buruh dan benturan antara ritual tradisional dengan tuntutan industrialisasi menjadikan film ini lebih dari sekadar horor hiburan.

“Kami ingin horor yang terasa dekat, tapi tetap bisa dinikmati secara sinematik,” ujar Manoj Punjabi dalam salah satu sesi wawancara saat promosi film.

Visual Kuat, Tapi Durasi Dipertanyakan

Secara teknis, pabrik gula full movie tampil meyakinkan. Setting pabrik yang otentik, penampakan gaib seperti arwah buruh terbakar hingga sosok Nyi Wilengi (Hayati Azis) sebagai penguasa kerajaan demit, dibangun lewat CGI dan tata suara yang imersif. Namun, sebagian kritik menyasar pacing yang lambat di awal dan durasi yang mencapai 133 menit, dianggap terlalu panjang untuk mempertahankan intensitas teror.

Dua Versi Tayangan, Strategi Berani

MD Pictures merilis Pabrik Gula dalam dua versi: reguler (D17+) dan uncut (D21+). Versi uncut menampilkan adegan yang lebih eksplisit dan hanya ditayangkan malam hari. Menariknya, versi uncut juga diputar di bioskop IMAX di Amerika Utara—langkah yang jarang ditempuh film horor lokal.

“Kami ingin penonton memilih sendiri seberapa jauh mereka siap diteror,” kata Manoj singkat saat menanggapi soal dua versi film ini.

Poster Film Tuai Protes

Kontroversi muncul dari poster resmi film yang menampilkan sosok perempuan berpakaian minim duduk di atas tubuh pria dengan bayangan hitam. Lembaga Sensor Film (LSF) pun meminta revisi visual promosi tersebut karena dianggap vulgar.

Identitas Lokal dalam Kemasan Global

Meskipun film ini dibanjiri kritik minor soal plot yang terlalu padat dan musik yang terlalu memberi isyarat sebelum jumpscare, kehadiran Pabrik Gula menandai babak baru bagi horor Indonesia. Ia menunjukkan bahwa kisah viral bisa tumbuh menjadi narasi film dengan lapisan sosial dan estetika yang lebih kompleks, tanpa mengorbankan akar budaya lokalnya. (*)