Foto: Siswa SMAIT Ash Shohwah kala berkunjung ke Malaysia.
TANJUNG REDEB, – SMA Islam Terpadu (SMAIT) Ash-Shohwah mengirimkan 26 siswa belajar ke tiga negara di Asia Tenggara. Malaysia, Singapura dan Thailand jadi lokasi pembelajaran siswa yang mengikuti International Education Program (IEP). Kegiatan yang berlangsung 3-16 November 2023 memang jadi program unggulan sekolah yang beralamat di Jalan Al Bina, Tanjung Redeb ini.
Perjuangan keras harus dilalui siswa yang merencanakan mengikuti program ini. Manajemen sekolah memang menginginkan siswa untuk bisa mengaplikasikan pembelajaran tentang nilai-nilai keyakinan, perjuangan dan kerja keras.
Imelda Dwiyani, siswa Kelas XII yang turut serta dalamkegiatan ini menceritakan usahanya hingga bisa menjelajah tiga negara. Untuk mengikuti program ini, dibutuhkan minimal Rp 10 juta per orang. Dana itu ternyata tidak mengandalkan pemberian orangtua. Namun siswa melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan.
Imelda menuturkan, upaya keras menabung sudah dilakukan sejak masih Kelas X. Ketekunannya mengumpulkan uang jajan, dibarengi dengan menyisihkan sebagian hasil berjualan pada berbagai event seperti bazar ramadan, akhirnya berbuah manis. Bersama 25 rekannya, akhirnya mampu mengumpulkan dana hingga Rp 17 juta.
“Setiap Minggu pagi, kami berjualan pakaian bekas layak pakai, kadang di Pasar Adji Dilayas, kadang juga di Pasar Teluk Bayur. Terakhir sebelum berangkat, kami juga jualan pakaian di Kampung Kasai,” ungkap Imelda.
Selama ini, SMAIT Ash-Shohwah memang mengembangkan tiga program unggulan. Satu di antaranya adalah Internasional Education Program (IEP). Siswa dipandu untuk bisa mandiri mempersiapkan keperluan untuk bisa ke luar negeri. Misalnya untuk pembuatan paspor.
Imelda Dwiyani Putri peserta yang ikut dalam program IEP menuturkan pengalamannya saat membuat paspor. Menurutnya, pengalaman mengurus paspor menjadi kesempatan baik bagi pembelajaran siswa. Bahkan, ada beberapa siswa yang mengurus paspor meski akhirnya tidak mengikuti kegiatan IEP di luar negeri.
“Kebanyakan dari beberapa siswa membikin paspor karena percaya dan yakin dirinya akan berangkat, sedangkan beberapa siswa tidak membikin paspor karena sudah mempertimbangkan diri dan pasti tidak berangkat. Tetapi, ada juga beberapa siswa yang hanya membikin paspor tetapi tidak berangkat karena pertimbangan biaya dan izin orang tua,” ungkap Imelda Dwiyani Putri.
“Intinya jika kita bersemangat dan berinisiatif tinggi untuk duluan bergerak, kita bisa memotivasi teman-teman yang lain untuk terus semangat,” tambahannya.
SMA IT Ash-Shohwah sendiri menyusun kegiatan IEP agar memberikan dampak besar bagi siswa. Nurwasila SPd, Guru SMAIT yang juga menjadi pendamping saat digelarnya IEP Angkatan 7 ini menyebut, ada tiga slogan yang selama iniingin direalisasikan. Di mana siswa mampu mengaplikasikan arti Terampil, Mandiri dan Rabbani.
“Tujuan di bentuknya IEP adalah merealisasikan tiga slogan SMAIT, meliputi Terampil, Mandiri, dan Rabbani, dan IEP mencakup tiga slogan itu. Yang paling utama adalah menumbuhkan sikap Rabbani, di mana saat mayoritas agama di luar negri adalah non muslim, kita harus tetap menjalankan aturan-aturan agama. Seperti tidak adanya adzan, dan susahnya mencari makanan yang halal,” ucap Nurwasila.
Tujuan dari IEP ini juga selaras dengan kegiatan yang dilakukan siswa. Selama di Thailand, Malaysia, dan Singapura, siswa menjalankan kegiatan dengan semangat dan penuh tanggung jawab.
Nurul Ramadhani, peserta IEP dari Kelas XII menyebut banyak pengalaman baru yang didapat. Terutama bagaimanabersikap dan berinteraksi dengan masyarakat yang berasaldari kultur yang berbeda.
“IEP memberikan kesempatan kami belajar budaya atau kultur orang di negara lain. Kami juga belajar bagaimana bersikap ke orang berbeda negara, bagaimana belajar tentang toleransi antar sesama, bagaimana saling menghargai, dan bagaimana negara yang dikunjungi mengelola sumber daya yang dimiliki, dan akhirnya orang dari negara lain mau ke negara mereka,” ucap Nurul Ramadhani yang juga KetuaMPS SMAIT Ash-Shohwah.
Tidak hanya belajar memahami budaya negara luar, pesertaIEP juga memperkenalkan budaya Indonesia. Khususnya budaya masyarakat asli Berau. Saat berada di Kedutaan BesarRepublik Indonesia (KBRI) di Thailand, peserta IEP mengenakan baju adat Dayak Kalimantan Timur, dan baju adat Berau. Selain itu, peserta IEP juga mempersembahkan tarian Dayak.
“Kami sengaja memakai baju adat Dayak dan baju adat Berau untuk memperkenalkan budaya asli Berau, dan juga kami bawa ke KBRI biar orang Indonesia juga tahu kalau ada suatu daerah di Kalimantan yang bisa menginjakkan kaki ke negara orang,” tambahannya.
Sementara itu, Nadia Ramsi Khairunnisa Az-Zahrah menuturkan pengalaman yang didapat selama mengikuti IEP. Banyak pengalaman baru yang didapat. Serta, membuka carapandangnya akan nilai-nilai positif setelah melihat perilakudan kebiasaan warga di tiga negara yang dikunjungi.
“Banyak pengalaman yang didapat. Kami diajarkan bagaimana sabar, bersyukur, dan niat baik. Saya yakin sesuatuhala kalau diawali niat baik untuk mengikuti program ini, Insya Allah selama di perjalanan dan kembali ke tanah airberjalan lancar dan dapat kemudahan,” kata Nadia Ramsi Khairunnisa Az-Zahrah.
“Benar-benar keren negeri orang. Mulai dari cara mereka menjaga adat istiadat serta budaya yang dimiliki, tapi mereka juga tetap hormat kepada turis, cara mereka mengenalkan budaya kepada kami juga sangat baik dan sangat menarik. Juga cara mereka memanfaatkan teknologi. Sebenarnya Indonesia pun bisa membuat hal yang lebih dari pada itu, tetapi memang orang-orang di sana sudah memiliki kesadaran untuk meningkatkan serta menjaga negaranya,” pungkasnya.
Penulis : Raisyah Nur Safariana
Sekolah : SMAIT Ash-Shohwah
Editor : RJ Palupi