TANJUNG REDEB – Jangkitan penyakit melalui air seni tikus begitu membahayakan. Satu orang pekerja di mess kebun sawit, telah dipastikan terkena Leptospirosis.

Leptospirosis merupakan bakteri yang dibawa melalui air seni tikus yang mengandung bakteri Leptospira Interrogans.

Dari kondisi itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, menerapkan kejadian luar biasa alias KLB Leptospirosis. Demi mencegah penyebaran bakteri tersebut.

Kepala Dinkes Berau, Lamlay Sarie, kepada berauterkini.co.id, menyampaikan pihaknya telah melakukan mitigasi untuk mengetahui sebaran tikus yang berkembang di kawasan yang lembab dengan sanitasi rendah.

“Dengan kelembapan itu, tikus cepat berkembang biak. Membawa bakteri yang menyerang manusia,” kata Lamlay, Jumat (25/4/2025).

Selain telah memetakan lokasi titik awal penyebaran, pihaknya telah melakukan pemeriksaan kepada penghuni yang bertempattinggal di mes tersebut. Setiap penghuni diberikan pengecekan kesehatan, sebagai tindakan awal dari status KLB tersebut.

“Sudah diperiksa, saat ini masih berproses,” bebernya.

Dalam penyebarannya, tikus didapati melintasi tumpukan pakaian hingga makanan yang disimpan di ruang terbuka. Tikus tersebut dapat memakan dan menyebarkan bakteri tersebut, bahkan menyebarkan bakteri melalui air seni di pakaian.

“Harus diperhatikan tempat-tempat rawan yang bisa didatangi tikus,” sebutnya.

Intensitas hujan yang cukup tinggi beberapa bulan belakangan ini, menjadi waktu yang rawan akan penyebaran bakteri tersebut.

Sebab, penyebaran bakteri dapat menggunakan media air. Sehingga genangan air hujan hingga situasi banjir dapat berpotensi menyebarkan bakteri tersebut.

Dalam situasi teraparah, disebutkan bakteri yang berada di dalam tubuh manusia tersebut dapat berujung pada komplikasi kepada korban, bahkan berakhir pada kematian.

“Harus lebih mawas diri,” pesan dia.

Sebagai tindakan pencegahan, masyarakat diminta untuk mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Memastikan lingkungan tempat tinggal higienis.

Selain itu, pengelolaan sampah dan tumpukan barang tak terpakai di gudang hingga di dalam rumah harus dipastikan bersih dari hama tikus.

“Seharusnya PHBS ini sudah menjadi kewajiban setiap orang, agar penyakit tak mudah datang,” tuturnya.

Pun pihaknya saat ini telah mengaktifkan kader kesehatan yang bertugas di setiap fasilitas kesehatan alias faskes untuk melakukan sosialisasi kesehatan.

“Ini sebagai tindakan pencegahan,” sebutnya.

Dalam tindakan pengobatan, dia menghimbau masyarakat untuk melalukan pemeriksaan dini di faskes terdekat. Bila mengalami sakit seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, mata merah dan ruam pada kulit.

“Jangan menunggu kondisi parah, segera periksakan diri ke puskesmas,” pesannya. (*/ADV)