TANJUNG REDEB – Kendati terbilang banyak pemangsa penyu, namun Ketua Tim BKSDA di Pulau Sangalaki, Kabupaten Berau Polhut Wilyanto, menegaskan manusia adalah “predator” satwa penyu tertinggi di kawasan Pulau Sangalaki, Kecamatan Pulau Derawan.
“Predatornya banyak. Mulai dari ikan besar, hingga biawak. Tapi, predator yang paling membahayakan adalah manusia, yang mencuri telur-telur penyu,” jelasnya memaparkan.
Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Sangalaki di Kecamatan Pulau Derawan, masih menjadi andalan sebagai kawasan konservasi penyu di Kabupaten Berau.
Pulau tersebut dijaga Tim Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Kalimantan Timur (Kaltim). Namun siapa sangka, meski dilakukan penjagaan yang ketat, telur penyu di sana belum benar-benar aman dari aksi pencurian.
Ketua Tim BKSDA di Pulau Sangalaki, Polhut Wilyanto membenarkan, bahwa telur-telur penyu yang berada di sekitar Pulau Sangalaki masih jadi incaran oleh oknum tidak bertanggungjawab.
“Kebanyakan, aksi percobaan pencurian dilakukan pada malam hari. Kami beberapa kali mendapati oknum itu ingin mencuri, namun ketika dikejar mereka selalu berhasil kabur,” ungkapnya, Sabtu (10/2/2024).
Untuk mengantisipasi eksploitasi itu, pihaknya setiap malam melakukan patroli di sekitar pulau, termasuk memindahkan telur-telur penyu dari bibir pantai ke tempat penyimpanan atau hatchery.
Tujuan dipindahkannya telur itu, agar tidak dicuri oleh oknum tertentu.
Dikatakan, presentasi menetasnya telur tersebut ketika sebelum dan setelah dipindah, itu berbeda.
“Kalau menetas ditempat alami itu bisa 100 persen presentasi menetasnya, dibanding setelah dipindah itu hanya 80 persen saja,” jelasnya.
“Tapi, jika tidak dipindah risikonya besar, bisa dicuri orang dan bisa tidak menetas semua,” tambahnya.
Digakui, para oknum pencuri tersebut, memang cukup pintar dalam beraksi, karena mayoritas para pelaku tersebut melakukan upaya pencurian pada malam hari.
“Mereka (pencuri) itu pintar. Kami beberapa kali pernah mendapati mereka, tapi mereka selalu berhasil melarikan diri,” katanya.
Dijelaskan, penyu adalah satwa langka dan dilindungi. Keberadaannya di alam bebas begitu terbatas dan terancam punah.
Meskipun penyu mampu bertelur 100 hingga 200 butir, namun presentasi kehidupan tukik (sebutan untuk anak penyu) hingga dewasa sangat kecil.
Bahkan, berdasarkan hasil penilitan, terang Wily, dari 100 tukik yang dilepas ke laut, hanya 1 hingga 5 tukik saja yang berhasil tumbuh dewasa.
Untuk menghalau “predator manusia”, pihaknya tetap berupaya melestarikn penyu dan menjaganya dari eksploitasi oknum-oknum tertentu.
Pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat, untuk tidak mengambil, mencuri maupun membeli telur penyu apabila ada yang menjualnya secara sembunyi-sembunyi.
“Kami selalu berupaya dan berkomitmen dalam menjaga dan melindungi penyu-penyu maupun telurnya yang ada di Pulau Sangalaki dan Pulau Semama,” pungkasnya. (*)
Reporter : Hendra Irawan
Editor : s4h