Reporter : ⁠Dini Diva Aprilia
|
Editor : Fathur

TANJUNG REDEB – Kabupaten Berau tengah bersiap menginisiasi langkah hilirisasi kakao dengan membangun sentra pengolahan cokelat di Kampung Suaran. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau mendorong pembangunan rumah produksi cokelat ini sebagai strategi untuk meningkatkan nilai tambah kakao dan memperkuat ekonomi lokal.

“Kami optimis, Kampung Suaran bisa menjadi sentra pengolahan cokelat di Berau. Ini bukan hanya soal meningkatkan nilai tambah kakao, tapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” ungkap Kepala Diskoperindag Berau, Eva Yunita.

Ia menjelaskan, sebagai salah satu daerah penghasil kakao, potensi Berau selama ini terkendala karena sebagian besar kakao hanya dijual sebagai bahan mentah. Kehadiran rumah produksi cokelat di Kampung Suaran diharapkan mampu mengubah dinamika ini. Dengan pengolahan kakao menjadi produk jadi, nilai ekonomisnya akan meningkat drastis, sekaligus memperkuat daya saing di pasar.

“Pembangunan ini bagian dari visi kami untuk menjadikan kakao sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. Hilirisasi produk adalah kunci untuk mencapainya,” tambahnya.

Saat ini, pihaknya tengah menyelesaikan kajian teknis pembangunan rumah produksi cokelat. Kajian tersebut mencakup kelayakan lokasi dan strategi pengelolaan, yang dilakukan bersamaan dengan proyek lain, yakni rumah produksi terasi di Kampung Buyung-buyung.

Setelah hasil kajian keluar, Diskoperindag akan berkoordinasi dengan pemerintah kampung untuk memastikan ketersediaan lahan. Pendanaan pembangunan rencananya diusulkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Berau dan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik Kementerian Perindustrian.

“Kami ingin memastikan pembangunan ini berjalan lancar. Yang paling penting adalah persiapan lahan, baru kemudian kami mengajukan anggaran yang dibutuhkan,” jelasnya.

Selain infrastruktur, Diskoperindag juga memperhatikan pengembangan kapasitas masyarakat. Pelatihan pengolahan cokelat telah diberikan kepada pelaku usaha, termasuk bantuan peralatan untuk menunjang produktivitas mereka.

“Pelaku usaha di Kampung Suaran dan sekitarnya benar-benar dipersiapkan untuk mengelola rumah produksi ini. Tujuannya adalah menciptakan produk cokelat berkualitas yang bisa bersaing di pasar lokal dan nasional,” ujar Eva.

Eva berharap, proyek ini tidak hanya menjadi peluang bagi masyarakat Kampung Suaran, tetapi juga simbol transformasi ekonomi Berau. Dengan mengedepankan potensi lokal, hilirisasi kakao menjadi langkah nyata untuk menciptakan nilai tambah, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan petani kakao.

“Ke depan, kami berharap Kampung Suaran menjadi ikon pengolahan cokelat di Berau, bahkan di tingkat nasional,” tutup Eva. (*)