TANJUNG REDEB – Bumi Batiwakkal sangat kaya dengan biota lautnya. Wajar jika hingga saat ini masih menjadi tulang punggung produksi perikanan.
Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Berau, Yunda Zuliarsih menyebutkan bahwa produksi perikanan di Berau terbagi menjadi dua sektor utama, yaitu budidaya dan penangkapan ikan.
Namun, sektor penangkapan ikan masih menjadi produksi lebih besar.
Untuk sektor budidaya, khususnya air tawar, Yunda mengakui pengelolaannya belum maksimal. Hal itu disebabkan karena sebagian besar masyarakat masih menjadikannya sebagai mata pencaharian alternatif.
Budidaya tambak yang ada saat ini terbatas pada komoditas udang windu dan bandeng.
“Target produksi budidaya perikanan pada tahun 2024 sebesar 2.452,01 ton. Kami berharap ke depan pengelolaan budidaya ini bisa lebih ditingkatkan,” ungkapnya pada Berauterkini.co.id, Jumat (2/5/2025).
Penangkapan ikan di laut tetap masih dilakukan secara berkelanjutan tanpa mnggunakan metode destruktif.
Hasil tangkapan seperti kerapu dan lobster menjadi komoditas unggulan, meskipun jumlahnya masih terbatas.
“Penangkapan ikan meningkat karena kondisi lingkungan laut kita yang masih sangat baik. Banyak keanekaragaman hayati meskipun terbatas secara jumlah,” jelas Yunda.
Untuk tahun 2025 Yunda mengungkapkan bahwa pemerintah telah menerapkan Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 37 Tahun 2022, yang salah satu isinya adalah pemberian hibah kepada masyarakat.
Dimana hibah ini diberikan untuk mendukung budidaya, nelayan, dan pemasaran, dengan syarat penerima memiliki akta notaris serta melampirkan proposal.
“Untuk masyarakat yang menangkap ikan di wilayah umum seperti sungai dan danau, bantuan dapat diberikan langsung. Sedangkan bagi nelayan yang beroperasi di laut, bantuan diarahkan melalui provinsi,” paparnya.
Adapun bantuan yang diberikan berupa perahu, mesin, dan alat tangkap. Pihaknya berharap kebijakan ini dapat mendorong masyarakat untuk menangkap ikan dengan cara yang ramah lingkungan serta meningkatkan produktivitas sektor perikanan di Berau.(*)