Reporter : Sulaiman
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Gerak kolaboratif dalam menjaga dan melestarikan kekayaan budaya daerah di Kabupaten Berau, menjadi pekerjaan rumah bersama antara pemerintah hingga warga budaya. Sebab bila tidak diperhatikan, budaya lokal akan berada diambang kepunahan.

Isu tersebut menjadi topik hangat dalam dialog yang digagas Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIV Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltim-Kaltara), dengan melibatkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau dan para pegiat seni daerah. Diskusi itu dihelat di Cafe Story Mount, Jalan Gunung Panjang, Jumat (11/8/2024).

Kepala BPK Wilayah XIV Kaltim-Kaltara, Lestari, mengatakan dalam menjaga kelestarian budaya di “Bumi Batiwakkal” (sebutan lain Berau), maka dibutuhkan kesadaran yang tinggi masyarakat. Disamping tugas pemerintah dalam memberikan fasilitas dalam upaya pelestarian kebudayaan tersebut.

“Sebenarnya, kekuatan utama itu ada di masyarakat yang sadar dengan kekayaan budayanya,” katanya Tari-panggilan akrabnya, yang ditemui usai gelaran dialog tersebut.

Karena itu, dalam diskusi yang bertema ‘Sinergi Pemerintah Dalam Memperkuat Keberagaman Budaya Lokal’, dijadikan ajang untuk menjaring aspirasi para pegiat seni lokal hingga pemerintah daerah, dalam menjawab tantangan pelestarian kebudayaan daerah.

12F GERAK 1
“Kami jadi jembatan dialog antara kawula muda dan generasi sebelumnya, untuk mengetahui cara dalam melestarikan budaya,” katanya.

Diungkapkan, dalam Undang-Undang (UU) Nomor 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, dianggap memerlukan pembaharuan dalam metode pelestarian kebudayaan. Sehingga penting untuk menghimpun aspirasi para pelaku budaya di setiap daerah.

“Perlu ada pembenahan dalam menumbuhkan ekosistem kebudayaan di daerah ini,” kata Tari.

Menumbuhkan ekosistem budaya, dianggap menjadi tantangan besar di setiap daerah. Dimana selain mengenal dan melestarikan budaya, penting pula bagi pelaku budaya untuk dapat hidup dari industri kebudayaan.

Ke depan, bila industri kebudayaan telah terbentuk, diyakini bakal banyak pelaku budaya akan mendapatkan efek dari pelestarian nilai budaya tersebut.

12F GERAK 2

Dicontohkan, dalam proses pementasan kebudayaan, pasti akan dibutuhkan para pengrajin pakaian khas budaya.

Selain itu dibutuhkan fasilitas penunjang pementasan, termasuk pula jajanan tradisional dari pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang hadir dalam meramaikan pentas budaya itu.

“Sehingga tarian tradisional tidak hanya hadir saat acara besar, namun punya panggung reguler untuk melestarikan budaya itu,” ujarnya.

Sementara itu, hadir sebagai salah satu pembicara dalam dialog terbuka tersebut, Sekretaris Daerah (Sekda) Berau, Muhammad Said, yang membeberkan bahwa Berau memiliki kekayaan budaya yang besar dari keberadaan dua kesultanan besar, yakni Kesultanan Sambaliung dan Gunung Tabur. Kondisi itu sangat menguntungkan bagi daerah.

Sehingga, gerak kolaboratif antar stakholder, dianggap menjadi salah satu langkah pemerintah dalam berupaya melestarikan nilai-nilai budaya. Pemkab Berau telah siap dalam program daerah dalam melestarikan budaya daerah.

“Kolaborasi antara pemangku kebijakan sampai pegiat seni dan budaya, menjadi kunci dalam upaya ini,” kata Said.

Saat ini, menurutnya, dengan banyaknya event daerah dapat menjadi batu loncatan untuk menumbuhkan semangat para pelaku seni dan budaya, termasuk pula menumbuhkan ruang kesenian yang dibangun pemerintah daerah.

“Para pegiat seni dan budaya ini membutuhkan ruang, saat ini upaya itu sudah terus berjalan,” ucapnya.

Berada di lokasi yang sama, Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir, menyampaikan bahwa pihaknya saat ini akan mengupayakan pemberian penghargaan bagi pelaku seni dan budaya tradisional. Di awal, akan dilakukan pendataan oleh pemerintah.

Pemberian penghargaan oleh daerah tersebut, diharapkan menjadi obat bagi pemicu semangat setiap pelaku seni dan budaya daerah dalam memperkenalkan kekayaan budaya di Berau kepada generasi penerus.

“Penghargaan ini akan kami berikan,” jelasnya.

Diharapkan, keberadaan mulai dari duta budaya, duta tari hingga duta pariwisata di Berau, menjadi motor untuk memperkenalkan budaya ke generasi selanjutnya, agar tidak terputus.

“Jadi program yang disusun oleh duta, harus menyentuh para generasi penerus di bangku sekolah,” katanya berharap. (*)