TANJUNG REDEB,- Gempa yang terjadi di Kabupaten Berau (Gempa Berau) diminta BMKG agar warga siaga sejak dini. Sebab, tidak menutup kemungkina masih akan ada gempa susulan dengan kekuatan lebih kecil yang terjadi.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono menyebut, memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Berau yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar Mangkalihat.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” katanya.
Gempa berdampak dan dirasakan di daerah Berau, Tanjung Redep, Teluk Bayur , Tanjung Selor, Tarakan, Bulungan dengan skala intensitas III-IV MMI.
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami,” katanya.
Menurut Daryono, gempa didahului dengan gempa pembuka M 4,1 pada Minggu (15/9/2024) malam. Hingga Senin (16/9/2024) sore pukul 18.00 WIB, tercatat sebanyak 21 kali terjadi gempa susulan.
“Semoga kondisi tektonik segera stabil dan aman kembali,” kata.
Gempa Berau dan Mangkalihat Kaltim yang terjadi dua hari kemarin, kata Daryono, mengingatkan pada peristiwa gempa besar yang terjadi di wilayah tersebut pada tahun 1921.
Pada 14 Mei 1921 terjadi gempa kuat di Kalimantan Timur mencapai skala intensitas maksimum VII MMI (kerusakan berat).
Gempa ini menyebabkan kerusakan di wilayah Sangkulirang dengan kerusakan paling parah terjadi di Pulau Rending (Teluk Sangkulirang). Di Pulau ini banyak rumah rusak di Kaliorang dan Sekurau.
Dampak gempa menyebabkan lubang bor menyemburkan air, terjadi rekahan-rekahan tanah sepanjang 10 m, lebar 20 cm, dengan kedalaman 2 m dan menyemburkan air bercampur pasir dan tanah liat (terjadi likuifaksi).
Wilayah yang diguncang gempa ini mencapai radius 250 km. Terjadi 10 kali guncangan-guncangan kuat yang berulang (gempa susulan).
“Gempa dipicu Sesar Sangkulirang (Sangkulirang Fault Zone) ini memicu tsunami menimbulkan kerusakan parah di Sekurau. Menurut saksi mata, tsunami menggenangi jalan hingga setinggi 1 meter,” ungkap Daryono.(*)