TANJUNG REDEB – Pedagang hewan kurban tahun ini merasa was-was karena lesunya ekonomi di daerah begitu terasa. 

Saharuddin, salah satu pedagang sapi dan kambing kurban di Jalan Haji Isa III, mengatakan, dirinya sudah aktif berjualan di lokasi tersebut sejak sebelum ramadan pada Maret lalu. 

Namun, hingga saat ini, stok 50 ekor sapi dan 20 ekor kambing belum juga ludes. Biasanya, saat Hari Raya Idulfitri dan menjelang Iduladha geliat penjualan langsung meningkat.

Sayangnya, potret yang dia sampaikan terjadi pada tahun lalu tersebut tak terjadi tiga pekan jelang Hari Raya Iduladha tahun ini.

“Lesu transaksinya ini,” kata pria yang akrab disapa Sahar saat ditemui pada Senin (12/5/2025).

Dia menduga, kelesuan itu diakibatkan hengkangnya perusahaan besar di Berau, khususnya di sektor pertambangan batu bara.

Sahar mengungkapkan, biasanya perusahaan tersebut memborong lima sampai sepuluh ekor sapi dan kambing, jauh hari sebelum Hari Raya Iduladha.

Sebab, perusahaan melakukan transaksi di awal untuk meminta dirinya bersama dengan pekerja merawat sapi dan kambing untuk siap dibagikan di perusahaan.

“Ya perusahaan katanya memang mau tutup, mungkin gara-gara itu,” sebutnya.

Kendati demikian, Sahar memiliki keyakinan bila tak ada rezeki yang tertukar. Di tengah persaingan harga dagangan sapi kurban, dia yakin usahanya tetap akan dilirik oleh orang yang ingin berbagi di hari raya kurban nanti.

“Semoga ada saja rezekinya nanti,” ucap dia.

Berdasarkan pantauan awak media ini, di jalur ramai lalu lintas tersebut terdapat empat titik pedagang sapi dan kambing kurban dengan ukuran dan jenis yang beragam.

Sahar mengaku membandrol satu ekor sapi dengan harga yang variatif, mulai Rp18-40 juta untuk sapi dengan jenis Limosin.

Sementara untuk kambing, dia jual dengan harga mulai dari Rp3-10 juta per ekor tergantung jenis dan berat hewan kurban yang dibeli.

Dalam bertransaksi pun dia tak mematok harga pasti. Semua hewan yang dia jual tersebut masih dapat dinego dengan kesanggupan sang pembeli.

“Ini sudah harga rata-rata yang dijual di Berau,” ungkapnya.

Dirinya memastikan telah mengantongi izin penjualan ternak dari dinas terkait. Selain itu, dia memastikan telah lolos dari penyakit antraks hingga penyakit kuku dan mulut (PKM).

“Karena ini cuma sapi lokal, paling jauh diambil dari Balikpapan,” sebut dia. (*)