TANJUNG REDEB – Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau akan melakukan pengembangan produk cokelat lokal untuk menjangkau pasar lebih luas.

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap harga cokelat lokal di Berau yang saat ini masih tergolong tinggi.

Kepala Diskoperindag Berau, Eva Yunita, menyebut harga produk cokelat lokal yang rata-rata berada di kisaran Rp35.000-40.000 dinilai belum menjangkau seluruh kalangan masyarakat.

“Maunya ya produk cokelat lokal tidak hanya menjadi kebanggaan, tapi juga lebih terjangkau untuk semua lapisan masyarakat,” jelasnya.

Saat ini terdapat beragam varian cokelat, mulai dari kemasan mini dengan harga ramah kantong anak sekolah, hingga varian premium untuk dijadikan oleh-oleh khas Berau.

“Kalau di supermarket dengan beberapa ribu rupiah orang sudah bisa membeli cokelat. Tapi produk kita di Berau masih cukup mahal,” bebernya.

Produksi cokelat yang dikemas kecil untuk anak sekolah diyakini mampu meningkatkan volume penjualan, sementara varian premium akan memikat pasar wisatawan.

Tidak hanya itu, Diskoperindag juga menggandeng Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember untuk pendampingan teknis.

“Kerja sama dengan Puslitkoka sebenarnya sudah dijajaki sejak tahun lalu lewat MoU, tapi karena beberapa hal sempat tertunda. Tahun ini mereka menyatakan siap untuk mendampingi,” katanya.

Kerja sama ini mencakup pengembangan dari hulu ke hilir, melibatkan Dinas Perkebunan Berau untuk pengadaan bibit kakao unggul.

“Kami ingin cokelat lokal Berau memiliki identitas yang kuat, baik sebagai cemilan sehari-hari maupun buah tangan eksklusif,” tambah Eva.

Inisiatif ini tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan daya saing produk cokelat lokal, tetapi juga untuk membangun rantai industri yang lebih terstruktur. (*\Adv)