TANJUNG REDEB – Kain perca atau kain sisa sering dianggap limbah yang kurang bermanfaat. Namun, oleh Andi Susilawati, kain perca bisa disulap menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Kain-kain sisa ini dikreasikan menjadi berbagai kerajinan, seperti tas dan souvenir lainnya. Meski telah lama mengenal kerajinan kain perca, Susi baru serius menekuninya dalam tiga tahun terakhir.
Menurut Susi, ia menekuni kerajinan kain perca dimulai saat pernikahan adik tercintanya. Dengan sisa kain satin yang ada di rumah, ia memutuskan untuk membuat dompet sebagai hadiah.
Ternyata, ide ini membuka peluang usaha baginya yang memang memiliki keterampilan menjahit.
“Waktu itu saya cuma mau memanfaatkan kain sisa yang ada. Tapi ternyata dari situ banyak yang suka dengan hasilnya,” kenangnya.
Semua dikerjakan dengan teknik tambal sulam, yaitu menyusun dan menjahit potongan kain perca dengan bentuk dan ukuran berbeda menjadi lembaran yang cantik sesuai pola.
Wanita kelahiran November 1977 itu merancang dan menjahit semuanya sendiri tanpa bantuan karyawan. Hal ini membuat kerajinan yang dihasilkan menggambarkan kepribadian dirinya.
“Saya belum pernah menghitung modal secara rinci, yang penting karya saya disukai dan dihargai pelanggan,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, produksi yang dilakukan tidak selalu rutin. Ada kalanya ia membuat produk sesuai permintaan khusus pelanggan yang memerlukan waktu dan kreativitas.
“Tapi ada produk kami yang ready untuk dipamerkan saat ada bazaar dan pameran,” terangnya.
Susi juga pernah mengikuti pelatihan dari Diskoperindag Berau, seperti membuat tas anyaman rotan dan tenun.
Selain fokus pada kreativitas, Susi juga berharap bisa meningkatkan kesadaran lingkungan dengan memilih kain perca sebagai bahan utama agar mengurangi limbah tekstil yang berbahaya.
“Saya ingin karya ini bukan hanya dinikmati, tetapi juga menjadi inspirasi bagi orang lain,” ujarnya penuh semangat. (*/Adv)