TANJUNG REDEB – Berbagai kasus gangguan pencernaan selama bulan Ramadhan mengalami peningkatan, termasuk keluhan susah Buang Air Besar (BAB) atau sembelit.

Biasanya, hal ini disebabkan oleh perubahan pola makan yang berdampak pada sistem metabolisme. Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Gizi dari RSUD Dr. Abdul Rivai, Nevi Dwi Handayani.

“Asupan saat bulan puasa berkurang, konsumsi air pun turun drastis, makan juga tidak banyak masuk, sehingga serat dalam tubuh berkurang,” kata dr. Nevi dalam wawancara dengan Berauterkini.co.id belum lama ini.

Selain karena dehidrasi dan asupan serat yang rendah, frekuensi BAB yang rendah juga kerap dipengaruhi oleh porsi makan yang kurang mencukupi. Artinya, tidak benar-benar mengalami sembelit.

Sulit BAB atau sembelit terjadi karena massa feses yang ada di usus besar kekurangan air. Bila seseorang kurang minum, maka feses yang ada di usus akan kering, sehingga menyebabkan feses sulit untuk keluar dari tubuh.

“Secara umum, seseorang dikatakan mengidap sembelit jika sudah lebih dari tiga hingga tujuh hari tidak BAB,” jelasnya.

Untuk mengatasi BAB yang macet saat puasa, dr. Nevi menyarankan untuk mencukupi asupan vitamin dan nutrisi lainnya. Meski begitu, mencukupinya memang diakui agak sulit.

“Idealnya dengan menambahkan asupan serat ketika berbuka atau sahur,” ungkap dr. Nevi.

Ia juga menyarankan untuk tetap menjaga asupan minum dengan rumus 2-2-4. Caranya adalah 2 gelas ketika sahur, 2 gelas ketika berbuka puasa, kemudian 2 gelas saat makan malam, dan 2 gelas lagi menjelang tidur.

“Hindari minum teh atau kopi saat sahur, karena sifatnya yang diuretik membuat kita lebih sering buang air kecil, padahal saat puasa tubuh kita sudah dalam dehidrasi ringan,” jelasnya.

Supaya puasa lancar dan terhindar dari sembelit, cobalah mengonsumsi serat yang bisa didapatkan dari pilihan karbohidrat yang baik, seperti nasi merah atau nasi coklat. Bisa juga dengan mengonsumsi umbi-umbian atau oat. (*)