TANJUNG REDEB – Kampung Tumbit Dayak menggelar pawai budaya untuk pertama kalinya dalam rangka memperingati hari jadi ke-262, Minggu (22/6/2025).
Lebih dari sekadar perayaan, pawai ini menjadi pernyataan kolektif tentang siapa mereka dan warisan budaya yang ingin terus dijaga.
Pawai ini merupakan bagian dari rangkaian Festival Bekudung Betiung yang digagas masyarakat kampung. Sepanjang rute yang dimulai dari kantor Kepala Kampung, sebanyak 15 kelompok peserta tampil membawakan pakaian adat, tarian, dan musik khas nusantara.
Dari delapan RT, tiga SD, dua TK, dan dua PAUD, semua elemen masyarakat berbaur dalam satu jalur yang sarat makna budaya.
Ketua panitia, Wahyu Ramdani, menyebut pawai ini bukan sekadar tontonan, melainkan wujud kebersamaan yang memelihara identitas kampung.
“Kami ingin masyarakat mengingat bahwa budaya adalah identitas kita. Melalui pawai ini, kita tidak hanya merayakan hari jadi kampung, tetapi juga merawat warisan leluhur,” ujar Wahyu kepada Berauterkini.co.id.
Kehadiran anak-anak usia dini dalam pawai ini memperlihatkan bahwa pelestarian budaya tak bisa ditunda. Mereka yang mengenakan pakaian adat dan menari di depan warga, tumbuh menjadi generasi yang tidak asing dengan akar mereka sendiri.
Di sepanjang jalan, warga menyambut meriah para peserta. Beberapa orang tua bahkan tampak larut dalam kebanggaan, menyaksikan cucunya menampilkan tarian tradisional di hadapan khalayak. Musik dan tabuhan alat tradisional ikut menghidupkan suasana, menambah nyawa pada iring-iringan budaya itu.
“Ini adalah salah satu acara yang paling ditunggu karena bisa menggerakkan seluruh masyarakat untuk berpartisipasi. Semoga semangat kebersamaan ini terus terjaga,” tambah Wahyu.
Perayaan ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan kebanggaan masyarakat Kampung Tumbit Dayak.(*)