BERAU TERKINI – Berau menargetkan bisa menjadi kota kreatif pada 2026, sebanyak 3 subsektor ekonomi kreatif menjadi fokus pengembangan Disbudpar.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata atau Disbudpar Berau mulai merumuskan arah pembangunan ekonomi kreatif sebagai langkah awal menuju Kota Kreatif Berau 2026. Komitmen ini ditegaskan dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Ekonomi Kreatif bertema “Berau Menuju Kota Kreatif”.
Ketua Panitia Rakor, Nurjatiah, yang juga Kepala Bidang Usaha Jasa Sarana Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disparbud, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi ruang bersama untuk menyatukan persepsi antarinstansi dan pelaku usaha kreatif.
“Rakor ini bertujuan memperkuat kolaborasi lintas OPD serta membangun ekosistem kreatif yang produktif di Bumi Batiwakkal. Hasil pembahasan akan kami susun menjadi rencana aksi yang ditargetkan mulai berjalan pada 2026,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir, menegaskan bahwa pengembangan ekonomi kreatif tidak hanya soal ide, tetapi tentang kemampuan mengubah kreativitas menjadi nilai ekonomi nyata. Ia juga menyoroti pentingnya peran ekonomi kreatif dalam memperkuat daya tarik wisata di setiap kawasan.

“Keraton Sambaliung atau museum adalah daya tarik wisata, sedangkan destinasi adalah kawasannya, misalnya Tanjung Redeb dengan kulinernya. Setiap daya tarik harus dihidupkan oleh aktivitas ekonomi kreatif agar memberikan dampak bagi masyarakat,” jelasnya.
3 Subsektor Jadi Unggulan
Berdasarkan Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif Daerah (Talanpekda) Berau 2024–2028, terdapat 17 subsektor ekonomi kreatif di Berau. Namun, Disbudpar Berau akan fokus terlebih dahulu pada subsektor yang dinilai memiliki kekuatan dan peluang pengembangan lebih cepat.
Tiga subsektor unggulan yakni wastra dan kriya, kuliner, serta seni pertunjukan. Sementara tiga subsektor potensial meliputi fotografi, video dan film, musik, serta aplikasi.
“Bukan berarti subsektor lainnya diabaikan, tapi yang didorong kuat itu enam dulu. Kalau sudah berkembang, yang lain akan ikut,” ujar Ilyas.
Ia menambahkan, bila seluruh subsektor ekonomi kreatif mendapatkan wadah seperti creative hub, hasilnya akan sangat luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi lokal.
Lebih lanjut, Ilyas menegaskan bahwa upaya menjadikan Berau sebagai kota kreatif dilakukan secara bertahap, dimulai dengan penguatan sumber daya manusia (SDM).
“Pelaku ekonomi kreatif harus dibekali kemampuan agar mampu menghasilkan produk yang bernilai pasar. Jadi, kami fokus pada peningkatan kompetensi lebih dulu,” katanya.
Rakor tersebut juga menghadirkan dua narasumber dari Yayasan Semesta Kota, Galih Sedayu dan Putri Khaira Ansuri, yang membagikan pengalaman pengembangan kota kreatif di berbagai daerah.
Melalui Rakor ini, Disbudpar Berau berharap terbentuk sinergi antara pemerintah, pelaku kreatif, dan sektor swasta dalam membangun identitas ekonomi kreatif yang khas, berdaya saing, dan berkelanjutan.(*)


 
											 
							 
							 
							 
							