TANJUNG REDEB – Pemerintah Kabupaten Berau mencatat rekor dalam pembukaan formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2024 lalu. Sebanyak 450 formasi resmi dibuka, menjadikannya yang terbanyak dalam sejarah rekrutmen di Bumi Batiwakkal. 

Namun di balik capaian tersebut, problem klasik tetap membayangi, kekosongan tenaga dokter spesialis, terutama di daerah terpencil.

Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Berau, Sri Eka Takariyati, menyebut jumlah formasi yang diajukan dan disetujui pemerintah pusat tahun ini memang luar biasa dibanding tahun-tahun sebelumnya yang hanya sekitar 100 formasi. Tapi dari total formasi yang tersedia, hanya 380 formasi yang terisi.

“Biasanya kami hanya membuka sekitar 100 formasi, tapi pada 2024 ini berhasil mengajukan dan disetujui sebanyak 450 formasi. Meski demikian, jumlah formasi yang terisi hanya 380 pelamar saja,” ujarnya.

Dari sisa formasi yang tak terisi, sebagian besar merupakan dokter spesialis, terutama yang ditempatkan di wilayah pelosok. Ketertarikan pelamar terhadap posisi ini sangat minim. Banyak dokter, kata Sri Eka, enggan mendaftar karena mempertimbangkan lokasi penempatan yang jauh dari pusat kota dan minim fasilitas.

“Banyak dokter yang tidak mau mendaftar karena mempertimbangkan lokasi penempatannya, apalagi kalau ditempatkan di wilayah terpencil,” tegasnya.

Kebutuhan mendesak saat ini adalah dokter spesialis THT dan mata. Bahkan menurut informasi yang diterima pihaknya, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berau tengah menyekolahkan dokter untuk mengisi kekosongan dua spesialis tersebut. Ini menandakan bahwa proses pemenuhan tenaga kesehatan tidak bisa lagi sepenuhnya mengandalkan jalur rekrutmen CPNS konvensional.

Sementara itu, Bupati Berau Sri Juniarsih Mas menyatakan pembukaan formasi besar-besaran ini merupakan bagian dari strategi untuk memperkuat pelayanan publik, terutama di sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur—tiga bidang prioritas dalam pembangunan daerah.

“Pembukaan formasi CPNS ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, yang selama ini menjadi prioritas pembangunan di Berau,” ujarnya.

Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa membuka formasi tak selalu menjamin kebutuhan bisa dipenuhi. Di tengah banyaknya kuota yang tersedia, dokter tetap langka, dan daerah terpencil di Berau terus bergulat dengan minimnya pelayanan spesialis. Rekor jumlah formasi pun tampak belum cukup menjawab tantangan pemerataan layanan dasar. (*)