Reporter : Sulaiman
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB – Mitigasi bencana menjadi topik yang juga diajukan oleh para panelis dalam debat kandidat di Pilkada Berau 2024 Sabtu (16/11/24). Para calon wakil bupati saling beradu pandangan terkait teknis pelaksanaan mitigasi bencana di Kabupaten Berau.

Dalam debat yang disiarkan langsung di Satasiun tv nasional , Calon Wakil Bupati Berau, Gamalis, mengutarakan upaya yang telah dilakukan Pemkab Berau selama ia menjabat.

Ia telah memastikan, Pemkab Berau saat itu telah melakukan edukasi kepada masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana. Dimana masyarakat dibekali pengetahuan untuk melakukan mitigasi atas bencana yang dihadapi.

“Itu kami dahulukan, sebelum melakukan tindakan terkait dengan penanganan bencana,” sebut Gamalis.

Selain itu, pihaknya juga telah memastikan tersedianya fasilitas pemadam kebakaran. Dengan menyediakan alat pemadaman ringan alias APAR di setiap bangunan dan kawasan rawan bencana.

“Ini penting dalam mengatasi bencana di tengah pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia,” terangnya.

Ia berjanji, ke depan akan memasifkan pembentukan relawan bencana di setiap kampung di Berau.

Selain itu, dalam kasus tingginya aktivitas pertambangan di Berau, ia memastikan Pemkab Berau akan mengambil bagian dalam melakukan reboisasi terhadap hutan yang telah gundul.

“Agar ke depan, efek rumah kaca agar dapat ditangani dan dapat dikurangi,” tegas pria yang kini beken dengan panggilan Baba Alis.

Sementara itu, Calon Wakil Bupati Berau nomor urut 01, Agus Wahyudi (AW), mempertanyakan mengenai teknis penanganan. Mulai mitigasi struktural dan non struktural.

Ia mempertanyakan, langkah Pemkab Berau saat masa kepemimpinan petahana dalam melaksanakan mitigasi tersebut.

“Upaya apa saja, yang struktural dan non struktural yang telah dilaksanakan,” tanya AW.

Menjawab pertanyaan AW, Gamalis menyebut jika terdapat tiga jenis mitigasi. Yakni struktural, non-struktural dan sosial.

Dimana dalam mitigasi sosial, saat itu Pemkab Berau telah melakukan edukasi kepada publik di kawasan rawan bencana.

Tak hanya fokus terhadap penanganan, namun pentingnya langkah penanganan yang dilakukan oleh masyarakat.

“Itu telah dilakukan,” kata dia.

Sementara, untuk non-struktural, Pemkab Berau kala itu telah merangkul seluruh elemen lintas sektor dalam melakukan penanganan atas potensi bencana yang akan terjadi. Dan struktural bagian dari yang tak terpisahkan.

“Kebersamaan kita dengan masyarakat, stakeholder terus kita bina,” ujarnya. (*)