TANJUNG REDEB – Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan angka stunting di Kabupaten Berau mengalami peningkatan dari 23 persen menjadi 23,4 persen.

Namun, data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPBGM) dari Dinas Kesehatan Berau menunjukkan adanya tren penurunan.

“Data yang dari Dinkes ini yang dijadikan acuan utama intervensi oleh pemerintah daerah,” kata Wakil Bupati Berau, Gamalis, Senin (2/6/2025).

Gamalis mengatakan, sangat penting untuk mengaktifkan delapan aksi konvergensi stunting, termasuk pada 18 lokus seperti di Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Sambaliung, dan Kecamatan Gunung Tabur.

“Tahun 2024 Pemkab mengalokasikan anggaran sebesar Rp178 miliar untuk penanganan stunting yang tersebar di seluruh OPD,” jelasnya.

Gamalis juga menyoroti tantangan utama dalam upaya ini, yakni rendahnya kesadaran masyarakat.

“Masih banyak orang tua yang sulit diajak datang ke posyandu, bahkan tidak rutin menimbang bayi mereka. Ini sangat memengaruhi perhatian terhadap kesehatan anak,” jelasnya.

Gamalis juga menyoroti keterkaitan erat antara stunting dengan kemiskinan dan pernikahan dini.

Ketidakmampuan memberikan makanan sehat serta pernikahan dini adalah akar persoalan yang harus diselesaikan.

“Oleh karena itu, kita tidak hanya bicara soal gizi, tetapi juga soal pemberdayaan ekonomi,” tegasnya.

Untuk mengatasi tantangan ini, Pemkab Berau melibatkan pihak ketiga sebagai Bapak Asuh yang memberikan bantuan asupan gizi kepada anak-anak terdampak stunting maupun berisiko stunting.

Selain itu, edukasi bagi calon pengantin tentang pentingnya gizi dan perencanaan keluarga terus digencarkan.

“Kami juga berterima kasih kepada tenaga ahli dari Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang membantu menyusun (RAD). Untuk menjadi panduan penting mencapai target penurunan stunting sebesar 20 persen pada 2025,” tutupnya. (*)