BIDUK-BIDUK – Tinggal dan besar di wilayah pesisir yang jauh dari hiruk-pikuk kota tak membuat semangat Desi Susanti pupus untuk terus melestarikan tradisi.

Lewat kerajinan rotan yang dibuatnya di Kampung Teluk Sumbang, Kecamatan Biduk-biduk, Desi membangun harapan baru bagi para perempuan di kampungnya.

Kecintaan perempuan 30 tahun ini pada kerajinan berbahan rotan bermula dari rasa kagumnya ketika melihat temannya memamerkan tas rotan.

Dia melihat potensi dari tas yang digunakan oleh temannya, di mana tidak ada tas rotan yang benar-benar awet, tahan lama, dan murni menggunakan rotan. Dari situlah tumbuh tekad untuk mengembangkan kerajinan rotan asli.

“Awal punya rasa pengen buat tas anyam itu ya pas lihat teman pakai tas anyam, tapi kok kayanya bukan dari rotan asli dan tidak tahan juga, akhirnya saya terpikir coba buat sendiri untuk menganyam,” ucap Desi pada Berauterkini.co.id.

Sejak 2018, Desi berkomitmen mengangkat perekonomian para ibu rumah tangga di Kampung Teluk Sumbang. Ia membentuk kelompok pengrajin bernama Anyaman Ulun Basap yang kini beranggotakan sekitar 20 orang.

Melalui kelompok ini, para ibu tak hanya mendapat penghasilan tambahan, tapi juga ruang untuk berkarya dan menjaga tradisi.

“Produk yang kami buat beragam, mulai dari anjat (tas tradisional), tas rotan modern, ikat pinggang, bakul, gelang, hingga tampi beras,” bebernya.

Ciri khas yang membedakan produk Teluk Sumbang dengan daerah lain adalah setiap tas memiliki jahitan rotan di bagian bawah yang membuatnya sangat kuat dan tahan dipakai hingga bertahun-tahun.

Selain itu, semua produk tidak menggunakan pewarna kimia, sehingga tetap aman dan alami.

Meski sudah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB), proses produksi masih sepenuhnya manual dari awal hingga akhir. Untuk satu produk kecil, biasanya bisa selesai dalam satu minggu. Sedangkan produk besar seperti anjat bisa memakan waktu hingga sebulan.

“Administrasi untuk usaha sudah ada, tapi kami masih terkendala di produksi yang masih manual,” tuturnya.

Pendampingan dari berbagai pihak sangat dirasakan manfaatnya oleh kelompok ini. Berkat pelatihan dan bimbingan dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau, kualitas dan daya saing produk meningkat, serta semangat ibu-ibu penganyam semakin tinggi.

Dengan inovasi dan semangat kolaborasi, Desi membuktikan bisa menjaga tradisi tetap hidup sekaligus membawa perubahan bagi ekonomi keluarga di Teluk Sumbang.

“Kami ingin membuktikan bahwa kerajinan rotan bukan sekadar produk, tapi juga warisan budaya dan sumber penghidupan,” terangnya. (*/Adv)