Foto: Hydrant yang ada di Jalan Murjani II, Tanjung Redeb

TANJUNG REDEB, – Antisipasi kerugian besar akibat musibah kebakaran biasanya dilakukan dengan penyediaan penunjang fasilitas pemadam. Salah satunya hydrant. Ironisnya, seluruh hydran yang ada di Wilayah Tanjung Redeb saat ini, tidak berfungsi semua.

Hal itu seperti diungkapkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau, Thamrin. Tidak berfungsi karena ada perubahan jalur pipa air yang membuat hidran tidak lagi terkoneksi.

Padahal hydran memiliki fungsi yang sangat besar bagi penanganan kebakaran, serta mampu menjadi jaminan kecepatan petugas dalam memadamkan api.

Terutama di wilayah padat pemukiman atau di kawasan perkotaan. Selain itu juga bisa menjadi lokasi pengisian air unit mobil pemadam kebakaran di dekat lokasi kebakaran.

“Sangat penting sangat kita butuhkan, namun sayang hingga kini Berau belum memiliki hidran yang berfungsi,” tegasnya.

BPBD Berau juga telah mengusulkan peremajaan hidran serta penambahan unit baru pada tahun 2023 mendatang.

Tahun depan akan dipasang sebanyak 50 unit hidran yang tersebar di 4 kecamatan terdekat, yakni Kecamatan Kecamatan Tanjung Redeb, Teluk Bayur, Sambaliung, dan Gunung Tabur.

Sebab, empat kecamatan tersebut adalah kawasan padat penduduk di Kabupaten Berau.

“Beberapa titik pemukiman padat itu terdapat di wilayah Kampung Bugis, Jalan H Isa, Bedungun, dan beberapa titik lainnya,” jelasnya.

Thamrin menyebut, sedikitnya dibutuhkan anggaran sekira Rp 1,5 miliar untuk pemasangan 50 unit hidran.

Anggaran tersebut diakuinya hanya tinggal menunggu persetujuan dari DPRD Kabupaten Berau, sebab bupati Berau telah memberi lampu hijau untuk pengadaan hidran.

Diakuinya, usulan pemasangan hidran merupakan permintaan masyarakat, mereka menginginkan keamanan dari potensi kebakaran di tengah pemukiman. Sehingga BPBD berupaya menindaklanjuti usulan tersebut.

“Usulan tersebut sudah mendapat restu dari bupati Berau, hanya tinggal menunggu bagaimana pembahasan yang dilakukan oleh DPRD apakah usulan tersebut disetujui atau tidak,” ucapnya.

Kondisi pengisian air di markas komando BPBD juga diakuinya tidak selalu berfungsi baik, sebab kerap rusak karena intake tersumbat lumpur, tapi masalah itu bisa diatasi oleh petugas dengan dibersihkan, atau opsi lain langsung mengambil air dari aliran sungai yang membelah Kabupaten Berau.

“Kalau ada hidran kita tidak perlu jauh-jauh isi ulang dan berdampak kepada api yang tidak kunjung padam,” pungkasnya. (*)