Reporter : Hendra Irawan
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Penampakan satwa langka yang diduga jenis keluarga kucing besar terlihat di sekitar poros jalan mendekati permukiman Kampung Tembudan, menuju kawasan Batu Putih menghebohkan media sosial. Potongan video itu dikabarkan direkam pada Rabu (18/9/2024).

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur (Kaltim), Ilyas, kala dikonfirmasi mengatakan penampakan jenis kucing besar tersebut diduga adalah Macan Dahan (Neofelis nebulosa).

“Kemungkinan (yang ada dalam video) Macan Dahan. Habitatnya di hutan dataran rendah yang masih bagus. Ini satwa langka dan sangat jarang ditemui,” jelasnya, Kamis (19/9/2024).

20A KUCING 2

Ilyas menyebut, belum diketahui pasti penyebab satwa soliter itu muncul mendekati permukiman masyarakat. Pasalnya Macan Dahan, menurutnya, merupakan satwa yang bersifat elusife (tidak suka menampakkan diri).

Tidak hanya itu, satwa ini juga cenderung selalu berkamuflase (menyamarkan diri) dengan lingkungannya.

Hidupnya penyendiri (Soliter) dan tidak berkelompok, berburu di atas tanah serta aktif di malam hari (Nokturnal).

Satwa ini juga suka memanjat ketika berburu dan suka bersembunyi ketika merasa ada bahaya.

20A KUCING 3

“Banyak faktor. Bisa jadi hanya lewat karena masih wilayah jelajahnya atau sedang mengincar buruan. Karakternya tidak terbuka (malu),” jelasnya.

Selain itu, faktor lainnya adanya pembukaan lahan yang tidak terkendali, sehingga memaksa satwa tersebut harus mencari “rumah” baru. Mengingat, tempat tinggal Macan Dahan harus berada di lokasi berhutan.

Yang terakhir, ancaman dari eksploitasi manusia. Kondisi ini, kata Ilyas, menjadi ancaman serius bagi populasi Macan Dahan di alam liar.

“Manusia dan pembukaan lahan tidak terkendali jadi juga salah satu faktor utama. Kondisi ini bisa membuat jenis kucing besar itu bersinggungan dengan permukiman masyarakat,” paparnya.

Pihaknya mengimbau kepada masyarakat Berau, untuk tetap menjaga kelestarian satwa liar yang dilindungi serta tidak membuka lahan secara berlebihan, demi menjaga keseimbangan ekosistem alam.  (*)