Tim melakukan pengambilan sampel Ubur-ubur yang tak lagi muncul ke permukaan.

TANJUNG REDEB – Hasil uji laboratorium dari fenomena tidak munculnya Ubur-ubur tanpa sengat di Laguna Pulau Kakaban, masih menjadi agenda yang ditunggu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Berau. Sudah lebih dari dua pekan proses pengujian itu berlangsung.

Saat ini, bilang Kepala Disbudpar Berau Ilyas Natsir, proses uji laboratorium terkait kondisi ubur-ubur tengah diteliti oleh pihak ketiga, yakni Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

“Kami masih menunggu,” kata Ilyas, singkat.

Kendati demikian, pemerintah telah merancang skema baru dalam pengaktifan Pulau Kakaban.

Dijelaskan Ilyas, pihaknya bakal menjadikan Pulau Kakaban sebagai destinasi yang mengusung Quality Tourism. Dimana destinasi tidak menarget kunjungan besar dalam jangka waktu tertentu.

Akan tetapi, Kakaban akan dijadikan sebagai destinasi yang lebih mengutamakan kenyamanan pengunjung dengan jumlah yang terbatas dan mendapatkan pelayanan kelas wahid.

“Di waktu yang akan datang, setelah normal kembali, akan diatur berapa orang yang boleh hadir. Kita akan konsultasi dengan NGO dan akademisi Universitas Mulawarman,” terangnya.

Pembatasan jumlah kunjungan itupun akan beriringan dengan penetapan standar operasional saat wisatawan hendak berenang di danau tersebut. Seperti kewajiban pengunjung untuk bebersih diri sebelum berenang di danau.

“Itu skema yang sedang dirancang dan rencananya akan diterapkan,” jelasnya.

Menurut Ilyas, terjadi peningkatan jumlah kunjungan yang signifikan dibanding 2022 lalu, yakni  tercatat kunjungan sebanyak 300.000 wisatawan.

Sedangkan 2023 mencapai 400.000 wisatawan, sehingga terdapat kenaikan sebanyak 100.000 pengunjung.

Sementara itu, Sekretaris Dispar Kaltim HM Irvan Rivai, mengatakan bahwa kunjungan wisatawan begitu padat. Bahkan saking padatnya, Pulau Kakaban terlihat seperti kolam renang umum.

Irvan menilai, ini sebagai hal positif terkait kunjungan wisatawan. Namun, menurutnya, pembatasan memang sudah seharusnya diterapkan untuk mengontrol datangnya wisatawan.

“Memang penuh sekali, seperti kolam renang. Keputusan pemerintah sudah bagus dengan cara menutup sementara,” ujarnya.

Kedepan, sambungnya, akan lebih baik pemerintah daerah bisa memetakan Pulau Kakaban untuk membagi wilayah yang bisa dikunjungi wisatawan ataupun yang tidak. Sehingga, kunjungan bisa lebih terkendali dan terpantau.

“Mungkin bisa diterapkan nanti, kunjungan itu dikendalikan. Misal, perhari berapa wisatawan yang bisa berkunjung. Ini sebagai bentuk pemulihan,” sarannya.

Diharap, permasalahan ini berlarut dan segera menemui titik terang. Dinas Pariwisata Kalimantan Timur (Dispar Kaltim) sendiri hingga kini belum memutuskan untuk bertindak lebih lanjut.

Namun penutupan sementara yang dilakukan sudah cukup baik. Kedepan, pihaknya mendorong pengetatan kunjungan, mengingat Pulau Kakaban merupakan wilayah konservasi.

“Ya, kita kembalikan sebagai wilayah konservasi,” harapnya.

Selain itu, Ketua Pokdarwis Batu Payung Andriansyah, mengatakan beberapa waktu lalu tim YKAN kembali menyambangi Pulau Kakaban untuk mengambil sampel air yang ada di danau tersebut.

“Sabtu kemarin tim YKAN kami temani ke Kakaban. Ambil sampel air,” ujarnya saat dikonfirmasi berauterkini.co.id, Sabtu (13/1/2023).

Sampel air tersebut, bakal menjadi bahan tambahan dalam uji lab yang dilakukan tim YKAN demi mengetahui kondisi kualitas airnya. (*)

Reporter : Sulaiman

Editor : s4h