Foto: Sekretaris Disdik Berau Ambo Sakka

TANJUNG REDEB – Ancaman dari kelompok kelainan seksual atau biasa dikenal dengan sebutan LGBTQ (Lesbi, Gay, Bisex, Transgender, dan Queer) semakin meresahkan. Bahkan, kelompok ini disuga sudah masuk dalam lingkungan sekolah.

Kondisi inipun meresahkan, meski belum ada kasus atau korban yang timbul. Namun, laporan dugaan keberadaan kelompok LGBTQ di sekolah telah masuk ke meja redaksi Berauterkini. Sialnya, pelakunya adalah seorang guru.

Saat dikonfirmasi, Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Berau Ambo Sakka, menyatakan belum mendapatkan laporan tersebut. Dan baru mendapatkan informasi itu dari laporan awak media.

“Belum ada laporan. Baru dari teman-teman ini saya tahu,” ucap pria yang akrab disapa Ambo, Selasa (14/11/2023).

Kendati demikian, dirinya tetap menaruh perhatian terhadap fenomena tersebut. Dan akan melakukan pengawasan lapangan.

Ambo menyebut, proses transisi usia anak-anak menuju remaja merupakan fase paling rentan. Sebab, anak didik sudah mulai mencari jati diri. Bila tidak dalam pengawasan yang tepat, maka akan berpotensi untuk menjadi korban dari perilaku menyimpang.

“Fase ini harus mendapatkan pengawalan serius, baik dari guru maupun orang tua,” ucap dia.

Dalam mengantisipasi pengaruh penyimpangan seksual, sekolah diminta mengaktifkan kegiatan keagamaan lebih sering lagi. Sebab, cara itu akan memberikan kekuatan iman atau kedekatan terhadap tuhan bagi anak yang sedang mencari jati dirinya.

“Melalui kegiatan anak-anak rohis, bisa ditingkatkan oleh sekolah,” pesannya.

Selain itu, guru diminta aktif dalam menerapkan kurikulum sekolah. Baik dengan memberikan pelajaran pendidikan moral maupun dalam pendidikan soal seksualitas atau dalam istilah pendidikan modern ‘sex education’. Pendidikan itu pun berlaku juga bagi orang tua di rumah.

Dia mengatakan, sejatinya pendidikan bangsa saat ini berorientasi terhadap pembentukan karakter anak didik. Agar dapat memiliki kepribadian yang baik.

“Kami terus berupaya agar anak-anak didik di Berau memiliki perilaku yang madani,” ujar Ambo.

Di samping itu juga, secara pribadi dirinya yang kerap ditugaskan untuk memberikan amanat dalam setiap acara sekolah, kerap menyampaikan agar murid memiliki karakter yang dapat membangun bangsa dengan baik.

Bahkan, dirinya kerap berpesan agar setiap pengurus sekolah menyelipkan amanat dalam kesempatan apel setiap minggunya. Amanat tersebut tak hanya diberikan kepada peserta didik, namun juga tenaga pendidik.

“Banyak saluran untuk tetap menasehati anak didik kami ini. Terpenting pesan itu harus didengar dan dijalankan,” pesan dia lagi.

Sekedar informasi, fenomena penyebaran komunitas LGBTQ alias Lesbi, Gay, Bisex, Transgender dan Queer, kini muncul dalam lingkungan masyarakat Bumi Batiwakkal. Bahkan, komunitas tersebut secara terang-terangan membuka fanspage di laman sosial media Facebook alias FB. Diberinama ‘Gay Tanjung’.

Kondisi itu mendapat respon dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Berau Syarifuddin Israil, mengaku kaget dengan fenomena tersebut. Sebab, sejauh ini komunitas itu terselubung dan tidak muncul secara gamblang di publik.

“Ini harus jadi atensi, karena bisa berbahaya untuk sosial masyarakat, kami melarang itu,” kata Ustadz Syarifuddin sapaan dia.

Sebagai bagian dari ulama Bumi Batiwakkal, dirinya mengutuk keras aktivitas terlarang tersebut. Baik dalam bentuk komunitas, maupun pribadi pasangan homoseksual yang ada di lingkungan masyarakat.

Sebab, MUI telah mengeluarkan Fatwa Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Lesbian, Gay, Sodomi dan Pencabulan. Dalam fatwa itu dijelaskan, bahwa orientasi seksual terhadap sesama jenis adalah kelainan yang harus disembuhkan.

Selain itu, orientasi seksual sesama jenis ini juga ditegaskan sebagai bentuk dari penyimpangan yang harus diluruskan.

“Homoseksual, baik lesbian maupun gay hukumnya haram, dan merupakan bentuk jarimah (kejahatan),” tegasnya. (*)

Reporter: Sulaiman