Saat penurunan tabung gas 3 kilogram alias “melon” dari truk pengangkut.

TANJUNG REDEB – Sebagian besar warga Tanjung Redeb, Kabupaten Berau mengeluhkan harga gas 3 kilogram alias “melon” naik lagi.

Jelang penghujung tahun 2023 ini, harga tabung gas 3 kilogram satu tabung gas ukuran 3 kg dari satu pengecer harganya dipatok sampai 40 ribu rupiah. Kondisi itu terjadi di kawasan perkotaan, Tanjung Redeb.

Kondisi itu dikeluhkan Sumiati, salah seorang warga yang bermukim di Kelurahan Karang Ambun. Menurut ibu rumah tangga ini, ketika hendak membeli tabung gas melon di warung, harganya sudah berubah naik, terpaksa dia harus merogoh kocek lebih dalam lagi.

Biasanya, katanya, kalau dia membeli gas 3 kilogram tersebut harganya 30 ribu rupiah. Sementara dia harus membayar 40 ribu rupiah.

“Naik memang ya harganya? Kok sampai 40 ribu ya,” ucap Sumiati, Kamis (28/12/2023).

Kondisi tersebut, diakui baru terjadi per hari ini (Kamis). Sedangkan pekan lalu, harganya masih normal, yakni 30 ribu rupiah, layaknya harga eceran biasanya (bukan di agen resmi).

Dia pun belum mengetahui apakah harga tersebut seragam untuk di kawasan Tanjung Redeb dan kecamatan terdekat lainnya. Namun, dia mengaku kerap mengambil gas melon di warung langganan yang biasa dia datangi tersebut.

“Sudah langganan disini. Biasanya harganya sama itu,” ujar dia.

Sementara itu, Kabag Ekonomi Setkab Berau Kamaruddin, menyatakan kenaikan harga tersebut belum diketahui gejalanya. Sebab, informasi itu baru dia ketahui saat wawancara dengan awak berauterkini.co.id.

“Nanti kami coba cek lapangan. Terimakasih sudah berbagi informasi ke kami,” katanya.

Dia menyebutkan, saat ini khusus di wilayah Berau distribusi gas “melon” dijatah dalam setahun sebanyak 2,1 juta tabung.

Itu sudah melalui pendataan subjek penerima tabung yang masuk dalam kategori tidak mampu alias miskin.

 

“Kami ingatkan, yang berhak menerima gas ‘melon’ itu orang yang tidak mampu. Karena memang disubsidi pemerintah untuk orang miskin,” ujarnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BOS) pada 2022, angka warga miskin di Berau mencapai 133.100 jiwa. Angka tersebut yang sebenarnya berhak mendapatkan tabung gas melon.

Fenomena terbalik terjadi di lapangan. Disebutkan Kamaruddin, banyak orang yang memiliki kemampuan ekonomi, baik di atas rata-rata penduduk miskin di Berau, malah berebut untuk mendapatkan jatah tabung gas 3 kg.

Hal itu yang kerap menjadi penyebab kelangkaan tabung gas di Berau. Oleh karenanya, pemerintah memberikan peringatan serius agar pembeli tabung gas mesti orang yang benar-benar tidak mampu.

“Kadang orangnya mampu. Justru mereka ini yang teriak-teriak tidak dapat tabung gas,” katanya.

Selain menyasar kelompok warga kurang mampu. sambungnya, gas “melon” disubsidikan kepada pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Berau yang jumlahnya juga dibatasi.

Pembelian maksimal untuk dua sampai tiga tabung dalam sehari, termasuk jatah khusus bagi kelompok nelayan yang membutuhkan tabung gas untuk berangkat menangkap ikan.

“Mekanisme itu sudah diterapkan. Cuma banyak orang mampu yang kurang tahu diri,” tandasnya.

Selain itu, pihaknya melakukan komunikasi intens dengan pihak agen demi memastikan tidak ada terjadi penimbunan gas “melon” oleh para agen hingga pengecer pinggir jalan.

Di wilayah Berau, kini terdapat 6 agen yang bergerak aktif menyalurkan gas melon. Sementara untuk jasa penyalur, sekitar 100 lebih yang berada di bawah pengawasan pemerintah daerah.

“Nanti kami cek juga ke agen. Apakah benar terjadi kelangkaan yang berakibat naiknya harga dipasaran,” ucapnya.

Pada 2024 mendatang, terangnya, bakal diterapkan skema penyaluran subsidi gas “melon” secara tertutup. Kebijakan yang mengharuskan para pembeli mesti menunjukkan KTP untuk letika ingin membeli.

Namun kebijakan itu belum turun ke daerah. Pemerintah belum mengeluarkan aturan khusus terkait rencana tersebut. Namun dipastikan skema itu akan berjalan demi memberikan hak subsidi tepat sasaran.

“Kita lihat nanti regulasinya,” janji Kamaruddin. (*)

Reporter : Sulaiman

Editor : s4h