Foto: Ubur-ubur tanpa sengat di Pulau Kakaban

TANJUNG REDEB – Beberapa waktu terakhir warga dibuat khawatir dengan kabar hilangnya ubur-ubur di Pulau Kakaban. Titik yang biasanya dihiasi ribuan ubur-ubur tanpa sengat tersebut itu pun, kini banyak dikeluhkan oleh wisatawan yang sengaja datang ke Kecamatan Maratua, untuk menikmati libur panjang akhir tahun.

Fenomena itu pun disorot Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau. Yang mana, saat ini tim diterjunkan untuk melakukan pengecekan ke Pulau Kakaban.

Kepala Disbudpar Berau Ilyas Natsir, melalui Staf Bidang Pengawas Staf Teknis/Pengawas Kepariwisataan, Andi Nursyamsi, mengatakan bila kabar lenyapnya Ubur-ubur pun tidak benar.

Sebab yang dipantau oleh wisatawan hanya yang berada di lokasi pintu masuk lama. Sementara, ubur-ubur banyak berada di titik pintu masuk baru yang digarap oleh Disbudpar Berau.

“Kami ada buat pintu masuk yang baru. Tak jauh dari pintu masuk lama. Disana dilaporkan, masih banyak Ubur-ubur itu,” ujarnya, Selasa (26/12/23).

Dia menegaskan, bila pintu masuk yang baru dibuat belum dibuka untuk umum. Sebab, masih dalam proses pematangan dan persiapan untuk siap dikunjungi oleh wisatawan.

Pembukaan pintu masuk baru pun, masih akan dirapatkan lebih lanjut bersama kepala disbudpar. Dibarengi dengan beberapa pihak terkait termasuk pihak Pokdarwis Batu Payung yang mengawal langsun fenomena tersebut.

“Kami rapat dulu. Baru akan diberitahukan kami resmi buka atau belum,” ujar dia.

Dirinya pun menyampaikan, dugaan sementara tak adanya ubur-ubur di spot pintu masuk lama di Laguna Kakaban, diakibatkan oleh tindakan para wisatawan yang tidak tertib saat menyelam di tengah ubur-ubur.

Sebab, menurut dia, pengunjung mesti membersihkan badan dahulu dari paparan bahan kimia di tubuh yang berasal dari perias wajah alias make up sebelum berenang.

Kemudian, pengunjung dilarang untuk melompat keras ke air karena ditakutkan akan menghantam ubur-ubur yang mengakibatkan ubur-ubur tersebut mati.

Oleh karena itu, pihaknya bakal mewacanakan pembuatan kawasan wisata Quality Tourism. Yang mana, jumlah pengunjung akan dibatasi. Dan akan mendapatkan pengawasan khusus oleh penjaga destinasi tersebut.

“Itu yang kami gagas sudah dari lama. Agar menjaga habitat biota laut yang langka ini,” tegas dia.

Sementara itu, Ketua Pokdarwis Batu Payung Andriansyah, mengaku telah melakukan pemantauan lapangan terkait kondisi terkini di Laguna Pulau Kakaban.

Dari data sementara yang dihimpun oleh pihaknya, didapatkan bila ubur-ubur tersebut sedang melakukan migrasi tahunan. Yang mengakibatkan tidak adanya biota laut tersebut di spot pintu masuk utama.

Keterangan tersebut dikuatkan oleh para penduduk sekitar Pulau Kakaban. Dimana, kondisi migrasi ubur-ubur terjadi setiap tahunnya dan akan kembali ke habitat aslinya kala musim tersebut berakhir.

“Data sementara itu kami himpun. Kami monitor terus kondisi terbaru di lapangan,” ujar dia.

Dirinya pun menegaskan, bila tidak benar kalau ubur-ubur tersebut mati. Atau hilang secara misterius. Sebab, dapat dijelaskan secara ilmiah, dengan fenomena migrasi tersebut.

“Kalau dugaan bahan make up yang mengandung merkuri tercampur di air, ada kemungkinan terjadi. Tapi kami pastikan tidak ada racun berbahaya yang dapat merusak karang atau biota lain di lokasi tersebut,” beber dia.

Pihaknya pun, menyatakan siap untuk dilibatkan dalam rapat bersama Disbudpar Berau. Sebab, dia ingin memastikan kunjungan wisata ke daerah tujuan wisata (DTW) unggulan tersebut dapat dilangsungkan pada liburan panjang akhir tahun ini.

“Kami akan menunggu kabar itu. Kalau pun tidak, kami tunggu hasil keputusannya,” ujarnya.

Menurut data, terdapat empat jenis ubur-ubur tanpa sengat di Pulau Kakaban. Diantaranya, Ubur-ubur Bulan (Aurelia Aurita), Ubur-ubur Kotak (Tripedalia Cystophora), Ubur-ubur Terbalik (Cassiopea Ornata), dan Ubur-ubur Bintik (Mastigias Papua). (*)

Reporter: Sulaiman