Kondisi terkini ubur-ubur di Danau Kakaban.

TANJUNG REDEB – Fenomena Ubur-ubur langka tanpa sengat yang berada di Danau Laguna Pulau Kakaban, Kabupaten Berau, tidak muncul di permukaan dan sementara ini tidak menemani pengunjung yang berenang.

Informasi yang beredar secara terbuka di publik menyebutkan, ubur-ubur langka tersebut tidak ada di perairan Pulau Kakaban. Ini menjadi perhatian netizen “Bumi Batiwakkal”.

Merespon kejadian tersebut, Sekretaris Dinas Perikanan Berau Yunda Zuliarsih, mengaku sudah menerima banyak laporan dari para pramuwisata, bahwa di kawasan wisata itu didapati beberapa ikan mati dan tidak adanya ubur-ubur langka tersebut.

Padahal, ubur-ubur tersebut merupakan primadona yang berada di Pulau Kakaban. Menjadi tujuan wisata lantaran memiliki biota laut yang cuma ada di dua daerah di Indonesia.

“Saya juga sudah dapat informasi ini dari teman-teman guide, bahwa banyak ikan yang mati di Danau Kakaban dan ubur-ubur memang tidak ada yang muncul ke permukaan,” tulisnya dalam chat di WAG berauterkini.co.id, Selasa (26/12/2023).

Selain itu, sambungnya, kalau kondisi tersebut telah berlangsung selama sepekan belakangan ini. Sehingga membuat setiap wisatawan banyak yang kecewa dan melaporkan ke pramuwisata.

“Ini sudah terjadi sekitar semingguan ini,” ujarnya.

27 UBUR UBUR LANGKA 2

Atas kondisi tersebut, menurutnya, fenomena itu lantaran terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kakaban. Jumlah yang tak terkontrol membuat banyak orang yang mandi beramai-ramai di waktu yang bersamaan.

Akibatnya, ubur-ubur yang telah hidup tenang terganggu dengan kebisingan para wisatawan.

“Harusnya ada carring capacity. Biar jumlah yang berenang tidak membludak,” sarannya.

Selain itu, faktor cuaca juga dianggap mempengaruhi suhu air. Curah hujan yang tinggi beberapa pekan belakangan ini, juga dianggap meningkatkan keasaman air di danau tersebut.

“Air di danau itu terpenjara. Tidak ada arus keluar masuk air,” terangnya.

Kondisi itu pun diperburuk dengan kebiasaan wisatawan yang menggunakan krim pelindung paparan sinar matahari. Atau dalam istilah fashion, dikenal dengan nama sun blok.

“Penggunaan bahan kimia saat berenang seperti sun block. Karena air  danau terisolasi dari air laut,” terangnya lagi.

Sementara itu, Kepala Bidang Bina Pengembangan Destinasi Wisata Disbudpar Berau Samsiah Nawir, menyatakan pihaknya akan mengusulkan pembuatan kamar mandi yang untuk wisatawan.

Kamar mandi tersebut, selain digunakan setelah berenang di Danau Kakaban, penting juga digunakan sebelum wisatawan bercebur atau berenang di Pulau Kakaban.

“Boleh juga usulannya ini.  Jadi, SOP sebelum masuk danau Kakaban,” katanya.

Saat ini pihaknya tengah membangun pintu masuk baru untuk menuju spot berenang dengan ubur-ubur. Hanya saja, dermaga baru tersebut masih ditutup. Alasannya, dermaga masih dalam proses penyelesaian pembangunan.

“Dermaga baru masih tahap finishing,” jelas Samsiah Nawir. (*)

Reporter : Sulaiman

Editor : s4h