Foto: Musrenbang Maratua yang dilaksanakan Senin (07/032022) kemarin

TANJUNG REDEB, – Status lahan untuk SMAN 9 Berau, di Pulau Maratua Belum jelas. Padahal sudah berdiri sejak 2010. Pengajar di sekolah ini mengaku kecewa tidak ada usulan dari pemerintahan setempat untuk kejelasan tersebut.

Werdianto, salah seorang pengajar di SMAN 9 mewakili kepala sekolah SMAN 9 Berau, mengakui merasa sedikit kecewa. Sebab dalam Musrenbang di Maratua, tidak ada yang menyinggung atau mengusulkan untuk status lahan SMAN 9 Berau.

Saat ini, status SMAN 9 Berau berstatus numpang, yang dibangun disamping SMP, bahkan diakuinya lahan dimana SMA berdiri sudah masuk dalam kawasan lahan bandara Maratua.

“Tidak ada yang mengusulkan ataupun mengejar kepastian lahan sekolah. Memang wewenangan di Provinsi untuk membangun, tapi tetap ini sekolah kami di Maratua,” ujarnya.

Apalagi saat ini pihaknya menampung sebanyak 120 siswa. Namun, kapasitas aslinya sejatinya hanya bisa menampung sebanyak 90 siswa. Itupun 3 bangunan yang mereka miliki adalah hasil dari gotong royong pihak guru.

Mereka membangun 3 bangunan dengan ukuran 7X18 meter dengan menggunakan anggaran Bosnas maupun Bosprov sebesar Rp 17 juta.

“Kami membangun bersama dengan pihak guru lainnya, mohon maaf tapi memang perhatiannya sangat kurang sekali,” tegasnya.

Padahal, dijelaskan Werdi, di Maratua sendiri sudah banyak anak yang putus sekolah, lantaran tidak memiliki anggaran lebih untuk sekolah di Kota. Namun belum menjadi perhatian serius.

Dikonfirmasi wartawan,  Asisten II Kab Berau, Agus Wahyudi menjelaskan Pemkab Berau saat itu sudah memiliki anggaran untuk hibah lahan dan penentuan lahan.

Tetapi diakui Agus, pihak Provinsi lah yang tidak berani untuk melelang dan membebaskan lahan.

“Betul, provinsi punya kewajiban, mereka juga harus hitung-hitungan karena ini kan aset mereka nantinya. Tapi waktu itu bersamaan dengan pembebasan lahan SMP, SMA nya tidak terjadi lelang,” tegasnya.(*)

Editor: Rengkuh