TANUNG REDEB – Petani Kampung Buyung-buyung menyampaikan uneg-uneg ke Perum Bulog, kalau harga beras hasil tanaman/panennya yang dibeli Bulog/Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau, masih terlalu murah.

Keluhan terkait dengan kesejahteraan petani lokal itu sudah sampai ke meja kerja Kepala Perum Bulog Berau, Muhammad Mukhlis.

Menurut mereka, nilai transaksi antara petani dengan Bulog dan pemerintah dinilai masih terlalu murah di tengah gempuran kenaikan harga beras secara nasional.

Beras lokal yang mengalami penurunan jumlah kuota hasil panen tersebut pun berdampak pada harga jual dari petani ke Bulog.

Hal ini juga secara otomatis berdampak pada harga beras lokal yang didistribusikan ke pasar lokal.

8D PETANI LOKAL 2

Menurut Mukhlis, dari keluhan mayoritas petani di Berau, khususnya di Kampung Buyung-buyung, banyak yang menyuarakan soal harga beli Perum Bulog yang dianggap masih terlalu murah.

Untuk beras premium yang dijual oleh petani, dirasa masih sangat murah. Sehingga sulit memastikan kesejahteraan untuk para petani.

“Kualitasnya itu premium. Karena kami membeli beras petani itu hampir Rp11 ribu per kilogramnya,” kata Mukhlis, saat ditemui, Kamis (7/3/2024).

Sementara, di sisi lain petani pun didesak Perum Bulog untuk terus melakukan inovasi dalam peningkatan kualitas hasil pertanian, mulai dari cara memanen sampai ke proses pengemasan yang kualitasnya tidak boleh turun dari standar.

Mukhlis menjelaskan, terdapat beberapa standar umum dalam menentukan kualitas beras yang dapat masuk ke dalam gudang Bulog.

Diantaranya, bebas dari hama dan bau apek, asam dan bau dari benda asing lainnya. Kemudian, beras tidak boleh tercampur dengan dedak serta bekatul dan standar kadar air maksimal.

“Karena kami ini perantara antara petani dan pembeli beras petani lokal (pemerintah). Jadi, ada standar dan suara yang juga harus didengarkan,” jelasnya.

Bulog menilai, perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem kerja sama antar tiga pihak tersebut. Tahap itu perlu dilakukan demi memastikan semua pihak tidak ada yang dirugikan.

“Kami tentu ingin kualitas beras yang dikeluarkan Bulog layak konsumsi di masyarakat, khususnya untuk beras lokal,” ujarnya.

Dalam realitas saat ini, sambungnya, ketika harga beras di pasaran lokal dan nasional sedang mengalami kenaikan, tentu para petani menginginkan hal serupa.

Namun, skema kenaikan tersebut dibutuhkan proses yang matang. Sebab, para pegawai negeri sipil (PNS) di Berau sebagai konsumen beras lokal, harus dipastikan menerima pola kenaikan harga beras PNS tersebut.

“Tentu perlu tahap yang cukup panjang untuk keputusan itu,” katanya.

Diketahui, saat ini Bulog menjadi perantara antara ratusan petani padi di Berau, untuk menjajakan hasil pertaniannya ke sekitar 2,5 ribu PNS di Berau.

Bulog dalam rantai roda ekonomi selaku distributor, membeli beras petani senilai Rp10.500 per kilogram. Kemudian beras tersebut dikemas di karung berukuran 10 kilogram.

PNS yang bersedia membeli beras petani lokal, bakal mendapatkan potongan gaji secara langsung melalui masing-masing dinas, sebesar Rp115 ribu per bulan untuk 10 kilogram. (*)

Reporter : Sulaiman

Editor : s4h