Foto: Aktivitas petani di Kampung Tasuk

TANJUNG REDEB – Upaya menekan biaya produksi dan pasca panen dilakukan Pemkab Berau secara berkelanjutan. Sejak 2019 misalnya, Dinas Pangan Berau rutin menyuntikan subsidi kepada pelaku di sektor tani khususnya padi pasca panen. Bahkan sebelumnya dalam proses produksi, Dinas Pertanian juga melakukan hal sama.

Selama ini Pemkab Berau sudah menggelontorkan bantuan untuk alat tanam, bibit pupuk dan sebagainya pada awal proses. Ditujukan untuk menekan biaya produksi awal pengelolaan lahan. Kepala Dinas Pangan Berau Pattah Hidayat mengungkapkan, tiga tahun terakhir Dinas Pangan rutin memberikan subsidi berupa  ongkos angkut, subsidi karung beras, subsidi mesin jahit dan subsisi alat ukur kadar air.

“Tetapi dari empat item subsidi yang ada, yang rutin bergulir setiap tahun yakni subsidi angkut,”ujarnya, Sabtu (30/10/2021).

Dinas Pangan merupakan OPD yang menerima hasil produksi petani memberikan biaya ganti rugi BBM untuk transportasi dari lokasi asal petani menuju kantor Dinas Pangan di Tanjung Redeb.

Pasalnya, transportasi dari lokasi petani menuju perkotaan untuk pendistribusian beras kerap dikeluhkan. Sebab, biaya yang dikeluarkan oleh petani membengkak sehingga laba produksi  semakin menipis.

“Subsidi yang diberikan Dinas Pangan kepada petani jumlahnya berbeda – beda tergantung dari jarak tempat tinggal. Tetapi dalam satu tahun setidaknya Dinas Pangan menyediakan subsidi bahan bakar itu sebanyak seribu liter,”jelasnya.

Pattah menjelaskan, untuk 3 jenis subsidi lain yakni karung beras bagi petani diberikan tidak diberikan setiap tahun, tetapi, dalam satu kali pemberian subsidi karung beras ini jumlahnya cukup banyak, bahkan bisa bertahan sampai setahun lebih.

Hal serupa juga juga berlaku pada pemberian subsidi mesin jahit yang memiliki masa manfaat lama. Demikian pula dengan alat ukur kadar air. 

“Nanti kalau karung beras habis baru kita usulkan untuk pengadaan lagi. Peberian subsidi seperti ini cuman ada di Berau kalau daerah lain tidak ada,”sebutnya.

Upaya ini sebagai bentuk dukungan  kepada petani untuk tetap memproduksi padi baik padi gunung maupun sawah. Sebab, jika tidak ada subsidi seperti ini tidak menutup kemungkinan banyak petani yang akan beralih ke sektor lain terutama sawit.

Apalagi, saat ini regenerasi petani sangat minim, dari data yang dimiliki Dinas Pangan mayoritas petani saat ini rata-rata berusia 50 tahun lewat.

“Kami menjaga agar petani ini tetap semangat, Alsintan sudah dibantu Dinas Pertanian, pasca panen sudah dibantu Dinas Pangan sekarang tingga petaninya tujuannya untuk menjaga industri di bidang ini,” tutupnya.(*)

Editor: Rj Palupi