Foto: Pebangunan fasilitas pendukung objek wisata air terjun nyalimah terus dikebut. 

BIDUKBIDUK – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau, serius benar dalam mengembangkan destinasi wisata di Bumi Batiwakkal. Kali ini, Disbudpar membangun kebutuhan amenitas menuju Air Terjun Nyalimah, Teluk Sumbang, Bidukbiduk.

Pembangunan tersebut pun berangkat dari rekomendasi Bupati Berau Sri Juniarsih, yang sebelumnya telah bertandang ke Nyalimah medio Agustus 2023 lalu. Saat itu, menyambut kedatangan Gubernur Kaltim Periode 2019/2023 Isran Noor. Sekaligus memantau pembangunan di kawasan pesisir Berau tersebut.

Dalam agenda memperbaiki amenitas destinasi wisata Air Terjun Nyalima, Disbudpar Berau merogoh kocek pemerintah pusat senilai Rp 1,14 miliar. Didapatkan melalui anggaran konservasi alam, Dana Bagi Hasil dan Dana Reboisasi alias DBHDR.

Proyek pembangunan amenitas seperti, akses jalan menuju titik air terjun menggunakan kayu kelas satu. Kemudian, pembuatan toilet dan lapak jualan yang berada di tengah aliran sungai.

“Kami dapatkan anggaran ini dari pusat, senilai Rp 1,14 miliar untuk pembuatan sarana itu,” kata Kepala Bidang Bina Pengembangan Destinasi Wisata Disbudpar Berau, Samsiah Nawir, melalui Staf Bidang Pengawas Staf Teknis/Pengawas Kepariwisataan, Andi Nursyamsi, Kamis (7/12/2023).

Andi juga menjelaskan, proyek tersebut dikerjakan selama 55 hari kerja, atau kurang dari 2 bulan sejak awal November 2023 lalu.

Namun, progres pembangunan masih sekitar 20-30 persen. Angka itu diakuinya meleset dari perencanaan sebelumnya, yang seharusnya sudah mencapai 34 persen.

“Ini meleset dari perencanaan yang kami buat. Makanya kami butuh ke lapangan untuk memastikan proses pembangunan bisa dikebut oleh kontraktor,” tegas Andi.

Dia juga membeberkan beberapa kendala yang menyebabkan proyek tersebut meleset, diantaranya yakni dikarenakan cuaca hujan yang kerap mengguyur pesisir beberapa pekan belakangan ini.

Selain itu, suplai material ke titik pembangunan jalan menuju Nyalimah pun terpantau licin. Membuat para pekerja yang memikul kayu tidak memungkinkan melaksanakan pekerjaan bahkan setelah diguyur hujan.

Ditambah lagi dengan keterbatasan jumlah pekerja yang menggarap proyek tersebut. Disebutkan Andi, saat ini masih dibutuhkan penambahan pekerja hingga 10 orang untuk mengejar progres pekerjaan.

“Secara teknis, bobot ongkos kerja besar. Karena jalur yang sulit dijangkau kendaraan. Mobilisasi material jadi sulit,” ujar Andi setelah melakukan komunikasi ke pihak kontraktor.

Lokasi yang tergolong cukup jauh dari pusat kota, pun menjadi salah satu hambatan. Belum lagi, jaringan telekomunikasi yang masih terbatas. Sehingga membuat pihak dinas kesulitan mengontrol perkembangan proyek dari pusat kota.

“Syukurnya kami dibantu kepala kampung. Tapi itu masih terhambat juga, karena jaringan terbatas,” ujar dia.

Kendati demikian, dirinya yakin atas komitmen antara penyedia jasa dengan pemerintah, hasil dari proyek tersebut dapat dinikmati oleh warga saat perayaan tahun baru 2024 mendatang.

“Karena memang targetnya akhir Desember 2023, sudah tidak ada lagi pengerjaan di lokasi itu,” tuturnya. (*/ADV)

Reporter: Sulaiman