TANJUNG REDEB-Meningkatkan eksistensi batik berau, Bupati Berau Sri Juniarsih tengah menyusun payung hukum penggunaan batik lokal bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) memulai peraturan daerah (perda). Bahkan orang nomor satu di Berau ini menargetkan rencana itu terlaksana 2023 nanti.

Ia mengakui, munculnya wacana penggunaan batik lokal tersebut sudah menjadi perbincangan sejak pemerintahan Bupati sebelumnya. Hanya saja belum sempat terlaksana, sehingga di era kepemimpinannya wacana itu ditindaklanjuti kembali.

“Ini bentuk koordinasi kami, untuk persiapan memakai batik lokal, tapi memang penggunaan awal untuk para ASN dulu, barulah bisa bergulir untuk yang lain. Sekarang kita siapkan draf Raperdanya sebelum nanti di ajukan ke DPRD untuk disahkan jadi perda,” ujarnya, Senin, 28 Juni 2021.

Selain mempersiapkan payung hukum, persiapan lain menuju penggunaan batik lokal di kalangan ASN. Pihaknya juga perlu mempersiapkan sumber daya manusia dalam pembuatan batik cap yang harus mumpuni dan cukup.

Ia juga menjelaskan, nantinya batik yang digunakan bukan batik tulis. Melainkan berjenis batik cap. Begitu juga nanti wajib dilampirkan motif-motif yang berbeda sesuai dengan khas Berau untuk menjadi pilihan dalam penggunaan ke depannya.

“Pelaksanaan penggunaan ini kita harapannya paling lambat 2023 sudah bisa terlaksana. Dalam wacana ini tentu banyak SDM yang terbantu dari segi ekonominya, apalagi jumlah ASN Berau mencapai 5.000 orang lebih,” sebutnya.

Sejatinya, penggunaan batik lokal dikatakan Sri Juniarsih ingin segera terealisasi tahun 2022 mendatang. Hanya saja, jika melihat anggaran daerah yang diprediksi bakal kembali merosot. Belum memungkinkan untuk merealisasikan secara keseluruhan.

Sedangkan untuk estimasi anggaran bisa mencapai Rp 1 miliar hanya untuk pihak ASN. Anggaran yang cukup besar tentu saja memerlukan tahapan yang cukup panjang.

“Bukan hanya menyasar kalangan ASN, saya berharap penggunaan batik motif berau bisa untuk karyawan BUMD, pelajar maupun juga swasta,” sebutnya.

Saat ini sendiri, bupati Berau mengakui untuk pembinaan pihak terkait kepada para pembatik lokal di Berau sudah cukup maksimal dan terus dilakukan. Tetapi ia terus mendorong agar pembinaan tak berhenti sampai disini namun terus berkelanjutkan.

Jika memungkinkan, setiap kecamatan nanti memiliki motif batik masing-masing agar lebih variatif.

“Kami juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk permodalan awal ya, karena untuk perwujudan ini kita perlu berkoordinasi bersama-sama,” tutupnya. (*)

Editor : Bobby Lalowang