Foto: Seniman lokal untuk bakat teater di panggung ‘Menuju Masa Depan’ Tepian Kolektif.

TANJUNG REDEB – Dunia kreatifitas di Bumi Batiwakkal terus berkembang. Kawula muda, dewasa ini makin antusias dalam unjuk kebolehan di panggung seni. Komunitas anak muda tepian Kolektif, baru-baru ini menggelar panggung itu.

Berlokasi di di Gedung UPT SPNF Sanggar Kegiatan Belajar, Jalan Ramania II, Tanjung Redeb. Kegiatan itu digelar sejak Senin (27-28/11/23) lalu. Menghadirkan anak sekolah dan kawula muda yang tertarik dengan dunia seni.

Nella Putri sebagai salah satu anggota Tepian Kolektif, mengutarakan kalau panggung tersebut digagas dan dibuat untuk memberi ruang kepada anak-anak untuk berkreasi.

Ragam hiburan di industri kesenian jadi ajang pelaku seni di Berau untuk unjuk kebolehan. Mulai dari seni lukis, tari, musik dan ragam sub cabang kesenian terapan, menjadi bagian dari agenda yang bertajuk ‘Menuju Masa Depan’.

“Festival Menuju Masa Depan, sengaja dipilih sebagai bahan refleksi kami selama berkegiatan satu tahun ini,” katanya.

Ia melanjutkan, praktik arsip umumnya dikaitkan dengan membaca apa yang telah terjadi di masa lalu.

Namun dalam praktik Tepian Kolektif, justru arsip yang baca dalam konteks hari ini untuk melihat masa depan. Masa depan inilah yang ingin dimunculkan kala menawarkan beberapa program di dalam panggung tersebut.

“Kami berharap dapat mengajak siapapun untuk berspekulasi bersama kami dalam membaca arsip yang dihadirkan melalui program ini,” katanya.

Dijelaskan Nela, dalam pertunjukan yang digelar, ditampilkan ‘Si Lus dan Buaya Pundung’. Kemudian, menggambar bersama ruang perupa Berau, Tepi Layar, Jumpa Maestro Berau, yakni H. Syakhran, gelar panggung Pesona Tari Gong dan Nukilan Tubuh-Tubuh Setempat dan Kawan Tepian.

“Harapannya, dari spekulasi ini akan lahir pemikiran atau gagasan tentang masa depan,” harap dia.

Semua yang dihadirkan datang dari arsip yang mereka temukan, seperti pertunjukan untuk anak ‘Si Lus dan Buaya Pundung’ diakuinya, diambil dari salah satu dongeng dari Berau.

Kemudian ‘Pesona Tari Gong’ merupakan arsip Tari Gong yang ingin dibaca kembali oleh Eka Wahyuni melalui kamera telepon genggam dalam wujud pertunjukan tari kontemporer.

Lalu ada penampilan ‘Nukilan Tubuh-Tubuh Setempat’ yang berasal dari arsip ingatan Melynda Adriani sebagai penari tari Dalling dan akan dibagikan melalui performans naratif alias pertunjukan menuturkan kata.

Selain itu, para penonton juga disiapkan canvas kosong untuk menggambar secara interaktif dari setiap penampilan di atas panggung tersebut. Konsep tersebut dikawal langsung oleh para seniman gambar Bumi Batiwakkal yang tergabung dalam Ruang Perupa Berau.

“Program Jumpa Maestro juga kami hadirkan untuk melihat kembali arsip ingatan dan arsip tubuh seorang maestro dari Berau Syakhran,” tutupnya. (*)

Reporter: Sulaiman