|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

BALIKPAPAN,– Kepergian Awang Faroek Ishak, mantan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) selama dua periode (2008-2013 dan 2013-2018), pada Minggu malam, 22 Desember 2024, di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo, Balikpapan, meninggalkan duka yang mendalam bagi masyarakat Kaltim.

Awang, yang berusia 76 tahun, dikenang sebagai sosok pemimpin yang visioner, pekerja keras, dan berdedikasi tinggi untuk pembangunan daerahnya.

Awal Kehidupan dan Pendidikan

Awang Faroek lahir di Tenggarong pada 31 Januari 1948 sebagai anak ke-11 dari 13 bersaudara. Ia merupakan putra dari Awang Ishak dan Dayang Johariah, yang keduanya merupakan tokoh penting dalam pemerintahan Kaltim.

Dalam kehidupan pribadi, Awang menikah dengan Ence Amelia Suharni dan dikaruniai tiga anak: Awang Ferdian Hidayat, Dayang Donna Walfiares Tania, dan Awang Fauzan Rahman.

Perjalanan pendidikan Awang dimulai dari Sekolah Rakyat di Tarakan, kemudian melanjutkan ke SMP dan SMA di Tenggarong. Pada tahun 1973, ia meraih gelar Sarjana di Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP Malang.

Ia melanjutkan pendidikannya dengan meraih gelar Magister Manajemen pada 1997 dan Magister Ketahanan Nasional dari Universitas Indonesia pada 1998. Selain itu, Awang juga menempuh pendidikan strategis di SESPANAS dan LEMHANAS.

Awang Faroek juga berkontribusi dalam dunia akademik. Ia mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman dan Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Samarinda.

Bahkan, ia mendapat penghargaan sebagai profesor tamu dari Universitas Victoria di Melbourne, Australia.

IMG 1210

Karier Birokrasi dan Politik

Karier birokrasi Awang dimulai pada 1973 sebagai staf di Kantor Gubernur Kaltim. Selama bertahun-tahun, ia mengemban berbagai jabatan penting, termasuk Pembantu Rektor III Universitas Mulawarman, Dekan FKIP, Ketua Bapedalda Kaltim, serta Pejabat Sementara Bupati Kutai Timur (1999-2000).

Pada 2000, ia terpilih sebagai Bupati Kutai Timur dan menjabat selama dua periode hingga 2008.

Pada 2008, Awang Faroek melangkah lebih jauh dengan terpilih sebagai Gubernur Kaltim. Di bawah kepemimpinannya, Kaltim mengalami berbagai perubahan signifikan, terutama dalam pembangunan infrastruktur.

Salah satu proyek utama yang diluncurkan adalah pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda yang menghubungkan dua kota besar di Kaltim. Selain itu, pembangunan bandara dan pelabuhan yang lebih baik turut memperkuat konektivitas daerah ini.

Semua upaya ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Namun, perjalanan karier Awang tak luput dari kontroversi. Pada 2008, Kejaksaan Agung menetapkannya sebagai tersangka dalam kasus penyelewengan dana daerah selama masa jabatannya sebagai Bupati Kutai Timur.

Negara mengklaim kerugian mencapai Rp 576 miliar. Meski begitu, Awang tetap fokus pada pembangunan dan terus menjalankan program untuk kemajuan Kaltim.

IMG 1212

Peran Setelah Masa Jabatan Gubernur

Setelah tidak lagi menjabat sebagai Gubernur pada 2018, Awang Faroek kembali ke dunia politik sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 melalui Partai NasDem.

Meski hasil Pemilu 2024 menunjukkan penurunan jumlah suara yang diperolehnya, Awang tetap menjadi figur penting dalam kancah politik Kaltim.

Salah satu wawancara terakhirnya mengungkapkan bahwa ia berfokus pada proyek-proyek jangka panjang, termasuk pembangunan jalur kereta api, yang diharapkannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kaltim di masa depan.

Warisan dan Pengaruh

Kepergian Awang Faroek Ishak menandai berakhirnya era kepemimpinan yang penuh pengabdian. Ia dikenang sebagai pemimpin yang memiliki visi jauh ke depan, dengan fokus pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Warisan besar yang ditinggalkannya, terutama dalam hal konektivitas dan pembangunan fisik, akan terus menjadi inspirasi bagi generasi penerus.

Selamat jalan, Awang Faroek Ishak. Dedikasi dan perjuanganmu untuk Kaltim akan selalu dikenang.(*)